Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS DAERAH

Perkenalkan, Si “Ratu Aspal” dari Surabaya

Kompas.com - 21/11/2019, 17:44 WIB
Sri Noviyanti

Penulis

KOMPAS.com – “Pekerjaan itu saya terima karena saya butuh biaya untuk hidup saya dan keluarga walaupun sebentar,” ujar Ika Dewi Sulistiani, seorang Ibu yang saat ini berprofesi sebagai mitra pengemudi GrabBike.

Dewi, begitu ia biasa disapa, karena pekerjaannya, sata ini ia sampai-sampai dijuluki sebagai ratu aspal.

Pekerjaannya anti-mainstream. Di saat, kebanyakan perempuan lain lebih memilih untuk mendukung penghasilan rumah tangga lewat berjualan dari rumah, ia justru mengais rezeki lewat profesi sebagai ojek online.

“Selagi saya tidak sakit parah saya akan tetap bekerja. Bagi saya kerja itu penting, karena anak butuh biaya,” imbuhnya.

Pernah jadi wanita karier

Awalnya, perempuan kelahiran Surabaya, 15 April 1988 tersebut bekerja sebagai tim administrasi cadangan pada sebuah perusahaan.

Saat itu, ia dikontrak selama satu tahun untuk menggantikan karyawan yang sedang cuti melahirkan.

“Pekerjaan itu saya terima karena saya butuh biaya untuk hidup saya dan keluarga walaupun sebentar,” ujarnya.

Namun setelah sampai di pengujung kontraknya, Dewi mulai khawatir karena belum mendapatkan pekerjaan lain.

“Waktu itu perusahaan juga menyarankan untuk mencoba mencari-cari pekerjaan lain di sisa satu bulan kontrak berakhir,” katanya.

Dalam masa pencarian pekerjaan, rupanya Dewi mendapat keberuntungan. Perempuan yang bercita-cita menjadi penyiar radio ini menemukan lowongan pekerjaan yang diiklankan di media sosial Facebook.

“Saat itu kebetulan ada yang pasang lowongan Grab. Katanya dibutuhkan mitra pengemudi perempuan dan laki-laki. Syaratnya memiliki SIM, KTP, KK, STNK, dan SKCK. Menurut saya kok syaratnya masuk akal,” sambungnya.

Kemudian, ia pun tertarik mencoba. “Kebetulan Sabtu dan Minggu kan libur, hari Sabtu saya coba mendaftar di Grab. Pas daftar, saya sempat minder karena yang daftar laki-laki semua sedangkan saya perempuan sendiri. Tapi meskipun saya minder saya tetap duduk di situ,” paparnya.

Melihat Dewi yang tak kunjung maju untuk memberikan berkasnya, membuat karyawan Grab menghampiri dan menanyakan, memastikan ia benar ingin menjadi mitra pengemudi Grab.
Setelah mengiyakan, ada pertanyaan lain yang juga membuatnya ragu, yakni seputar ponsle yang ia bawa.

“Saat itu handphone saya Smartfren RAM 1GB. Tapi memang hanya punya itu. Setelah itu saya disarankan untuk training online terlebih dahulu. Kemudian besoknya kembali ke kantor untuk tanda tangan kontrak dan pengambilan atribut,” ujarnya.

Begitu terkonfirmasi sudah bisa mulai bekerja, Dewi mengaku masih malu-malu kucing. Pekerjaan yang lumrah jadi profesi pria tersebut membuatnya sedikit tak nyaman.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com