Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Mayoritas DPD I Ingin Airlangga Jadi Ketum Melalui Musyawarah

Kompas.com - 15/11/2019, 14:24 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebutkan, mayoritas DPD I se-Indonesia menginginkan Airlangga menjadi ketua umum dan proses pemilihan dilaksanakan secara musyawarah mufakat.

Dedi mengatakan, musyawarah mufakat mencerminkan bahwa ada spirit bersama di Golkar untuk menjaga soliditas dan kebersamaan. Apalagi, dukungan itu bukan hanya dari DPD I, tetapi juga para dewan pembina Golkar.

"Ini jadi momentum yang baik bagi semua kadera Golkar untuk menjaga soliditas, karena energinya diperlukan untuk menghadapi Pemilu mendatang," kata Dedi yang juga anggota DPR RI ini kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (15/11/2019).

Baca juga: Munas Golkar, Peluang Airlangga Kembali Pimpin Golkar Makin Kuat

Dedi mengatakan, musyawarah mufakat itu bagian dari demokrasi. Menurutnya, musyawarah mufakat bukan berarti aklamasi. Dinamika tetap ada dan ruang-ruang diskusi tetap terbuka.

"Hanya saja memang, mayoritas DPD I Golkar sepakat untuk menunjuk Pak Airlangga sebagai ketua umum Golkar. Jadi jika ada dinamika, setidaknya (pemilih) sedikit kan harus menghormati yang banyak," katanya.

Terkait ada pandangan bahwa Akbar Tandjung sempat kalah dalam munas meski didukung mayoritas DPD, Dedi menyebutkan konteksnya dulu dengan sekarang berbeda.

Dulu, kata Dedi, Golkar mengalmi proses konflik, karena pengaruh kepentingan kekuasaan. Misalnya, pada Munas Bali 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memiliki kepentingan terhadap Golkar, sehingga mendorong Jusuf Kalla menjadi jadi ketua umum. Artinya, kata Dedi, ada kepentingan eksternal yang mampu mengalahkan kehendak mayoritas di internal Golkar.

"Saya mengikuti betul prosesnya. Bagaimana para tokoh seperti Pak Ginanjar Kartasasmita turun, Pak Aburizal Bakrie juga turun, kan kepentingan kekuasaan. Aspirasi yang besar di internal tak tahan dengan kepentingan kekuasaan," tandas Dedi.

Namun saat ini, kata dia, Golkar harmonis dengan kekuasaan karena sebagai pendukung pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin, sehingga tidak ada intervensi dari luar.

"Paling saat ini ada pihak-pihak yang mencoba ada membangun faksi dengan kekuatan politik yang lain, di luar presiden," katanya.

Ada preseden

Dedi mengatakan, Golkar memiliki pengalaman dalam memilih ketua umumnya melalui musyawarah mufakat.

Pada munas sebelumnya, Airlangga diputuskan menjadi ketua umum Golkar melalui musyawarah mufakat. Saat itu, Dedi mengatakan dirinya yang memimpin sidang.

"Saya pimpin sidangnya, saya tawarkan pada forum, dan ternyata mayoritas memilih Pak Airlangga. Jadi musyawarah mufakat ini ada rujukannya," tandas Dedi.

Baca juga: Dinamika Jelang Munas Golkar, dari Aklamasi Hingga Potensi Perpecahan

Dia mengakui, pasti ada pihak-pihak yang tidak menyetujui musyawarah untuk menunjuk Airlangga sebagai ketua umum. Biasanya, kata Dedi, segelintir kader tidak menginginkan Golkar rukun.

"Kalau ada orang yang tak suka Golkar rukun, tak ingin partai besar, itu kader yang punya mentalitas bahwa munas adalah komoditas. Kader seperti itu tidak dapat untung kalau Golkar rukun," kata Dedi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com