KOMPAS.com - Surono pria berusia 51 tahun terkenal sebagai petani kopi yang sukses di Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Kabupaten Jember.
Saat panen kopi, Surono bisa mengantongi uang Rp 90 juta hingga Rp 100 juta. Belum lagi pendapatan dari hasil panen lainnya.
Sayangnya hubungan Surono dengan Busani (47), istrinya tidak baik. Kasak kusuk yang beredar penghasilan Surono diserahkan kepada perempuan lain.
Busani yang merasa cemburu meceritakan apa yang ia rasakan kepada Bahar (27) anaknya. Bahar pun memutuskan untuk membunuh ayah kandungnya sendiri.
Baca juga: Terungkap, Ini Motif Ibu dan Anak Membunuh Korban yang Jenazahnya Dicor di Bawah Mushala
Sekitar pukul 23.00 WIB, ia mendatangi Surono yang tidur di kamar depan. Bahar membawa linggis.
Tanpa banyak bicara, ia memukul wajah bagian kiri ayahnya dengan linggis. Surono mengalami luka parah dan mengalami pendarahan hebat.
Sang ibu yang mengetahui perbuatan anaknya langsung mematikan lampu depan rumah yang dekat dengan kamar Surono.
Selain karena luka berat dan pendarahan hebat di wajahnya, Surono juga memiliki riwayat sakit pernafasan.
Baca juga: Kronologi Kasus Jasad Dicor di Bawah Mushala, Ibu dan Anak Jadi Tersangka
Surono pun tewas di tangan anaknya.
Setelah memastikan Surono tewas, Bahar berusaha memindahkan mayat ayahnya. Ia menggotong bagian atas tubuhnya sedangkan Busani, sang ibu memegangi kakinya.
Busani tidak kuat dan memilih melepaskan tubuh suami. Seorang diri, Bahar menyeret tubuh sang ayahnya ke belakang rumah.
Ia pun mengubur mayat ayahnya di lantai belakang rumah. Ibu dan anak itu kemudian membangun mushala di atasnya. Mushala tersebut janggal karena menjorok ke luar dan melebihi batas tembok.
Baca juga: Pembunuhan Pria yang Jenazahnya Dicor di Bawah Mushala Dibantu Istri, Anak Pukul Pakai Linggis
Setelah mengurus mayat ayahnya, Bahar mengambil uang ayahnya sebesar Rp 6 juta. Ia juga menjual sepeda motor Honda CBR milik ayahnya seharga Rp 19 juta.
Bahar lalu melarikan diri ke Bali.