Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelisik Fakta Ratusan Babi Mati di Medan, Hoaks Serang Manusia hingga Peternak Rugi Ratusan Juta

Kompas.com - 07/11/2019, 06:36 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Dalam sepekan terakhir, masyarakat di Kelurahan Terjun, Medan Marelan, Sumatera Utara, dihebohkan dengan ratusan bangkai babi yang mengapung di Sungai Bedera.

Menurut Camat Medan Marelan M Yunus, saat dikonfirmasi, mengatakan, bangkai-bangkai babi itu diduga sengaja dibuang oleh pemiliknya.

"Kalau yang kami pantau, ada ratusan," kata Yunus, saat meninjau kondisi sungai itu, Selasa siang.

Sementara itu, menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Azhar Harahap, kepada wartawan saat di kantornya, Rabu (6/11/2019), ratusan babi itu diduga terkena virus hog cholera.

Baca fakta lengkapnya berikut ini:

1. Mewabah di 11 kabupaten

Dok. Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Tapanuli Utara

Menurut Azhar, berdasarkan hasil laboratorium terhadap sampel yang diambil, penyebab kematian babi tersebut adalah virus hog cholera.
Hasil penelitian membuktikan bahwa bukan African Swan Fever (ASF), atau virus demam babi Afrika.

Azhar dan Kepala Bidang Kesehatan Hewan Mulkan Harahap, mengatakan, virus hog cholera atau kolera babi ini menyebar dengan cepat pada babi ternak.

"Ini ternak babi yang milik masyarakat. Bukan dari perusahaan peternakan babi," kata Azhar, Rabu (6/11/2019).

Menurut Azhar, berdasar data hingga hari Selasa (5/11/2019), tercatat sebanyak 4.682 ekor babi mati yang sebagain besar dari 11 kabupaten, yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deliserdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Samosir.

Baca juga: Ratusan Bangkai Babi yang Mengapung di Sungai Bedera Medan Diduga Terserang Virus Kolera

2. Belum ada yang positif menyerang manusia

Istimewa

Menurut Azhar, virus ini bisa menyebar melalui udara, kotoran, atau tempat pengangkutan ternak babi dan yang berkaitan pada sanitasi.

Meski demikian, virus ini masih menyerang pada sesama babi. Belum pernah ditemukan ada serangan terhadap manusia.

"Walaupun sakit, ternak itu masih bisa dikonsumsi. Belum ada menyerang ke manusia," kata Azhar.

Menurut Azhar, virus pada ternak tersebut belum bisa diobati. Pemberian vaksin hanya sebagai upaya pencegahan. Begitu juga dengan pemberian desinfektan dan vitamin.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com