KOMPAS.com - Sejak Sabtu (2/11/2019) bangkai babi mulai terlihat mengapung di Sungai Bedera Medan, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan, Sumatera Utara.
Setiap hari jumlah bangkai babi yang mengapung di sungai semakin bertambah. Bahkan jumlahnya mencapai ratusan.
Bangkai babi itu pun mulai mengeluarkan aroma tidak sedap dan mengganggu warga di sekitar.
Baca juga: Ratusan Bangkai Babi Mengapung di Sungai Bedera Medan, Jumlahnya Terus Bertambah
Masyarakat yang terganggu pun berusaha mendorong bangkai babi agar terbawa arus sungai. Kebetulan beberapa hari terakhir debit sungai naik.
Mereka terpaksa melakukan hal tersebut karena bangkai tersebut mengeluarkan aroma menyengat.
"Kebetulan air sungai naik, kami dorong bangkai itu agar terbawa arus. Kalau diangkat kami enggak sanggup baunya," tutur Jumadi, salah satu warga sekitar.
Baca juga: Sungai Bengawan Solo Tercemar Ciu, Ikan Mati dan Air Tak Bisa Diolah
Yunus menduga bahwa bangkai babi yang jumlahnya ratusan tersebut dibuang orang di hulu sungai.
Ia telah memastikan tidak ada warganya yang membuang bangkai babi di sungai tersebut.
Menurutnya Sungai Bedera Medan melalui beberapa kawasan lainnya sebelum mengalir di wilayah Medan Marelan.
Baca juga: Perahu dengan Bekas Tembakan, Sejarah Kolonial yang Terkubur di Dasar Sungai Bengawan Solo
Yunus mengatakan ia sudah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan Kota Medan dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, serta pihak kepolisian untuk mencari siapa yang membuang bangkai babi tersebut.
"Jadi kami sejak dari pagi mengadakan pemantauan. Kemudian terhadap seluruh kavling untuk mendata hewan kaki empat di tempat ini khususnya babi yang mati," ungkap Yunus.
Sebagian bangkai babi telah diangkat dari sungai dan dikubur.
Baca juga: Diduga Dibunuh, Dua Agen Sapi Ditemukan Tewas Mengambang di Sungai
Sementara bangkai yang telah lembek dan tidak memungkinkan untuk diangkat, diusahakan untuk ditenggelamkan agar melebur dengan air sungai.
"Kita pinggirkan kita cari yang sanggup mengangkat. Itu kondisinya sudah empat hari mati, susah mau ditarik aja sudah melebur dia (babi) sudah lembek. Ada juga yang tarik ke darat, yang sangkut-sangkut kita alirkan saja," jelas Yunus.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Dewantoro | Editor: David Oliver Purba)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.