Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebatang Kara di Gubuk Reyot, Begini Cara Mak Iyah Menyambung Hidup

Kompas.com - 05/11/2019, 09:23 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Sudah hampir 30 tahun sejak suaminya meninggal dunia, Rukiyah alias Mak Iyah (100) hidup sebatang kara di gubuk reyot di tengah areal kebun sayur di Kampung Pasir Baing RT 005 RW 003 Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Mak Iyah kini sudah tidak bekerja. Saban hari, ia habiskan dengan berdiam diri di rumah.

Sesekali turun ke perkampungan warga untuk berinteraksi atau sekedar mengobrol dengan tetangga.

Kendati masih sanggup berjalan, namun harus tertatih-tatih karena tubuhnya semakin ringkih. Penglihatannya sudah mulai kabur dan mengalami gangguan pendengaran.

Baca juga: Cianjur Jadi Tempat Pembuangan Gelandangan dan ODGJ

Untuk menyambung hidup, perempuan berusia seabad itu kini hanya bisa mengharapkan belas kasihan tetangga dan warga sekitar.

Ada yang menyumbang beras, memberi makanan dan ada yang sedekah uang. Uang pemberian itu lantas dibelikan makanan atau bahan masakan.

"Suka nyangu (menanak nasi) sama goreng (ikan) asin. Kalau lalapan nyari di kebun," kata Mak Iyah, saat ditemui Kompas.com, di gubuk reyotnya, Sabtu (2/11/2019).

Kendati hidup dari kedermawanan orang, namun Mak Iyah mengaku tidak berani meminta-minta.

Bahkan, ketika ada warga yang ingin mengajaknya tinggal, ia lebih memilih tetap di gubuknya.

"Isin nyungkeun mah (malu kalau minta) emak mah se-dikasihnya saja," ucap dia.

Tetangga terdekat, Erah (65) menuturkan, sejak hidup menjanda dan tidak lagi bisa bekerja, kebutuhan hidup sehari-hari Mak Iyah dibantu warga.

"Ada yang ngasih Rp10.000, Rp 20.000, ada yang nasi, makanan. Pokoknya semampunya masing-masing warga saja," ucap dia.

Namun, Mak Iyah terkesan malu jika terus-terus bergantung pada pemberian tetangga, sehingga kadang memaksakan diri ingin nguli atau bekerja agar bisa mendapatkan upah.

"Kadang suka minta kerjaan supaya dapat upah. Tapi warga tidak tega, soalnya kan sudah tua. Jadi, mending langsung dikasih saja," ujar dia.

Baca juga: Belasan Warga Cianjur Keracunan Nasi Tumpeng Kenduri

Kini, tak ada asa berlebih di usia senjanya, tinggal di gubuk reyot yang nyaris ambruk, Mak Iyah hanya berharap selalu diberikan keselamatan, kesehatan dan tetap bisa makan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com