Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sambil Menembang Jawa, Petani Kendeng Tagih Janji di Depan Kantor Ganjar

Kompas.com - 28/10/2019, 18:43 WIB
Riska Farasonalia,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2019 di Jawa Tengah diwarnai dengan aksi unjuk rasa dari Aliansi Semarang Raya di depan kantor Gubernur Jawa Tengah, Senin (28/10/2019).

Aksi gabungan yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat sipil, mahasiswa, serikat buruh, petani, nelayan dan komunitas itu nampak membawa spanduk besar berwarna putih bertuliskan “Kedaulatan di tangan Rakyat!".

Selain itu, ada yang menarik perhatian saat aksi demo itu berlangsung.

Nampak puluhan ibu-ibu dan remaja Kendeng tengah melantunkan syair lagu Jawa yang diiringi musik gamelan.

Baca juga: Satpol PP DKI Nyaris Robohkan Tenda Petani Kendeng di Seberang Istana

Mereka datang dengan mengenakan setelan kebaya dipadukan dengan kain batik dan topi caping petani bertuliskan Tolak Pabrik Semen.

Salah satu perwakilan aksi dari Petani Kendeng Gun Retno mengatakan tembang Jawa yang dilantunkan dengan iringan bunyi gamelan tersebut merupakan wujud menyuarakan aspirasinya.

"Kami membawa gamelan terpikir agar para pejabat pemangku kebijakan ini kayaknya perlu disentuh dengan cara-cara yang halus. Tidak dengan marah-marah. Agar tuntutan kami didengarkan," ujar Gun Retno kepada Kompas.com, Senin (28/10/2019).

Gun Retno menjelaskan tembang Jawa yang dilantunkan para ibu-ibu petani tersebut bercerita tentang "Mbangun Jiwo" atau Membangun Jiwa menggambarkan tentang revolusi mental yang pernah didengungkan oleh Presiden Jokowi.

Baca juga: Warga Kendeng Minta Gubernur Jateng Hentikan Izin Pabrik Semen di Pati

"Ada juga tembang 'Titituit yang sedikit mengubah liriknya tapi intinya menyikapi situasi yang terjadi sekarang. Kita sampaikan dengan cara yang santun. Semoga apa yang kami sampaikan menjadi perhatian pemerintah," harapnya.

Setelah Joko Widodo dilantik menjadi presiden, lanjut Gun Retno, para petani Kendeng kembali menagih janji.

Mereka menuntut untuk segera menyelesaikan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) terkait pendirian pabrik semen di wilayah Rembang.

"Karena KLHS dapat dijadikan pijakan untuk menentukan arah pembangunan ke depan yang lebih baik. Karena kalau tidak didukung dengan kajian yang mendalam, hasilnya adalah kepentingan segelintir orang karena bukan berdasar fakta di lapangan," tegas Gun Retno.

Baca juga: YLBHI Minta Kriminalisasi terhadap Warga Kendeng Dihentikan

Menurut Gun Retno, pendirian pabrik semen telah mengakibatkan kerusakan lingkungan di wilayah pegunungan Kendeng.

Untuk itu, pihaknya berharap kepada pemerintah agar menghentikan izin beroperasinya pabrik semen yang berdampak merugikan bagi lingkungan sekitar.

"Karena produksi semen kita sebenarnya sudah over produksi sampai lebih dari 30 juta ton. Kalu pun tidak ada tambahan pembangunan pabrik semen kan sudah cukup," katanya.

Sementara aksi protes juga massif dilakukan diberbagai daerah yang membawa berbagai tuntutan dalam tema besar #ReformasiDikorupsi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com