Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengusaha Kerupuk Rambak Diuntungkan Musim Kemarau Panjang: Produksi Cepat, Omzet Melesat

Kompas.com - 26/10/2019, 09:07 WIB
Dani Julius Zebua,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com - Pengusaha kerupuk rambak merasa diuntungkan dengan lamanya musim kemarau.

Panas terik sepanjang hari membuat kerupuk rampak setengah jadi cepat garing, produksi cepat, omzet melesat. 

Shopoan (58) dan istrinya, Endang Susiati (40), sudah membuka usaha produksi kerupuk rambak sebelum gempa mengguncang Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2006.

Mereka membangun usaha skala rumahan itu di Dusun Tubin, Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Baca juga: Kisah Nusrat, Remaja Bangladesh yang Tewas Dibakar Hidup-hidup karena Laporkan Pelecehan Seksual

Berulang kali musim panas telah dilewati. Itulah saat produksi mereka yang dinamai Kerupuk Rambak ‘Echo’ ini terus melimpah.

“Bisa cepat kering kalau panas seperti ini. Nanti seperti ini,” kata Endang menunjukkan hasil rambak kering di rumah usahanya di Tubin, Jumat (25/10/2019).

Kerupuk rambak jamak dikenal warga Indonesia di mana pun. Camilan ini terbuat terbagi dua, yakni terbuat dari bahan tepung ataulah dari kulit.

Biasanya kulit sapi, kerbau, ada pula dari kambing. 

Bikinan Shopoan dan Endang ini dibuat dari bahan tepung tapioka. Mereka belajar dari seorang kerabat asal Boyolali, Jawa Tengah.

Kerabat ini membangun usaha rambak bahan non kulit, yakni dari bahan baku tapioka, lantas diteruskan Shopoan dan Endang hingga kini. 

Sebagian besar bahan baku berasal dari tapioka. Mereka mengadonnya dengan bawang putih, garam, dan soda pengembang kerupuk.

Semua adonan itu tanpa menambahkan pengawet dan pewarna.

“Pakai sedikit terasi biar ada warnanya dan rasanya semakin kuat,” kata Shopoan.

Tapioka diadon bersama semua bumbu lantas dioven selama setengah jam hingga satu jam.

Proses ini menghasilkan rambak setengah matang yang tampak seperti kulit sapi, dipotong kecil panjang, kemudian dijemur.  

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com