OGAN KOMERING ILIR, KOMPAS.com - Sudah empat tahun lamanya Juarsah (35) memiliki dua profesi di Desa Pelimbangan, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan.
Selain menjadi nelayan ikan air tawar, Juarsah juga ikut berburu serpihan emas dan manik-manik yang ada di kanal PT Samora Usaha Jaya tak jauh dari kediamannya.
Jika sedang memasuki musim hujan, Juarsah bersama istri dan anaknya akan mencari ikan di sepanjang sungai.
Ikan jenis gabus, sepat akan ia dapatkan. Sebagian dijual dan sisanya lagi dikeringkan sebagai cadangan lauk untuk kebutuhan keluarganya.
Namun, pada musim kemarau, pria berkulit hitam dan berbadan tegap itu akan menjadi pemburu harta karun di PT Samora.
"Kalau musim hujan, kanalnya terendam air jadi susah kalau mau menggali. Kami cari ikan saja. Tapi kalau kemarau, baru kesana lagi," kata Juarsah.
Baca juga: Mendulang Emas Harta Karun Kerajaan Sriwijaya di Desa Pelimbangan (1)
Musim kemarau membuat air di kanal menjadi surut. Tumpukan lumpur diatas permukaan pun menjadi mengering.
Momen itu dimanfaatkan Jursah bersama para pemburu lain langsung bergegas membawa cangkul dan sekop.
Mereka lalu menggali dan mengambil tumpukan lumpur di atas kanal untuk dilimbang (kayak).
Menuju lokasi perburuan pun bukanlah perkara mudah. Juarsah harus menggunakan sampan kecil hingga sampai ke kanal.
Baca juga: BERITA FOTO: Saat Ratusan Warga Berlomba Berburu Harta Karun Kerajaan Sriwijaya...
Perjuangan belum usai, para warga membuat semacam jembatan darurat dengan menggunakan kayu gelam.
Kayu itu dipasang memanjang dan dipaku ala kadarnya agar bisa dilewati. Warga yang melintas seperti telah biasa meskipun bergoyang.
Langkah kaki merekapun dengan santai melewati kayu gelam yang dipalangkan sebagai jembatan.
"Kadang sampai malam disini untuk mencari. Sehari dapatlah. Kalau tidak dapat emas, pasti manik-manik," ujar Juarsah.
Baca juga: Antisipasi Pemburu Harta Karun Sriwijaya Terserang Penyakit, Posko Kesehatan Didirikan