Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memasuki Musim Hujan, Warga Diingatkan Waspada DBD

Kompas.com - 11/10/2019, 16:17 WIB
Hadi Maulana,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

TANJUNGPINANG, KOMPAS.com - Memasuki musim hujan, Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkesdalduk KB) Kota Tanjungpinang mengimbau agar masyarakat waspada penyakit Demam Berdarah (DBD). 

Kadinkesdalduk KB Kota Tanjungpinang, Rustam mengatakan, walaupun ini masalah klasik yang selalu datang saat musim hujan, namun tetap perlu diwaspadai. 

Untuk pencegahan DBD dan terbebas dari penularan, tidak cukup jika hanya imbauan pemerintah saja, tapi yang terpenting kesadaran langsung dari masyarakatnya. 

Baca juga: Musim Hujan Tiba, Pemkab Sragen Waspadai DBD

"Memerlukan peran kita semua, apakah kita siap untuk itu, menjalankan prilaku 3M yaitu menguras bak mandi, menutup wadah penampung air dan mengubur barang bekas," kata Rustam, melalui telepon, Jumat (11/10/2019).

Saat ini, di Filipina terjadi peningkatan kasus DBD yang luar biasa, termasuk Singapura hingga bulan Juli sudah mencapai 7.500 kasus.

Padahal, setiap tahun, rata-rata 6.000-an kasus, itu juga tidak terlepas dari perubahan iklim. 

"Iklim berubah, tempat yang dulunya tidak cocok untuk nyamuk, sekarang menjadi tempat pertumbuhan yang bagus bagi nyamuk, karena suhunya hangat," ujar dia.

Namun, dari perilaku masyarakat yang tidak mau melaksanakan 3M itu, yang merupakan upaya pencegahan secara sederhana, mengakibatkan serangan nyamuk Aedes aegypti itu tidak terhindarkan. 

Rustam menuturkan, hingga saat ini, kasus DBD di Tanjungpinang sudah lebih 200 kasus, jumlah tersebut terbilang sedang, tapi bisa dikatakan tinggi dibandingkan tahun 2018.

Baca juga: Tekan Penderita DBD Remaja, TP PKK Semarang Cetus Program Si Centik

"Kami berharap kasus itu setiap tahunnya berada pada angka di bawah 100 kasus atau 110 kasus, karena dengan jumlah penduduk sekitar 200.000, targetnya 55 kasus per 100.000 penduduk," papar dia. 

Meski demikian, dari jumlah kasus itu, belum terdapat korban jiwa. 

"Kembali lagi, perilaku 3M itu harus menjadi gerakan masyarakat, tidak bisa satu atau dua rumah tapi serentak," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com