Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Heli "Water Bombing" Dikerahkan untuk Padamkan Kebakaran di Gunung Malabar dan Kawah Putih.

Kompas.com - 10/10/2019, 11:43 WIB
Agie Permadi,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Saat ini satu unit helikopter Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diterjunkan untuk melakukan water bombing atau bom air guna memastikan api di Gunung Malabar dan Gunung Patuha Kawah Putih benar-benar padam.

"Ini lagi dilakukan water bombing karena masih ada titik api, kalau kawah putih karena kemarin ada hujan beberapa saat, kemudian ini untuk memastikan api benar-benar padam," kata Adm Perhutani Bandung Selatan Tesu Sumarto yang dihubungi Kompas.com, Kamis (10/10/2019).

Satu helikopter tersebut akan membawa sekitar 4.000 liter air untuk kemudian di jatuhkan di titik api yang ada di dua lokasi tersebut.

Sebelumnya, pemadaman secara manual telah dilakukan dengan melakukan penyekatan agar api tak merembet lebih luas lagi.

Baca juga: Kebakaran Hutan Gunung Malabar Meluas, Perhutani Minta Bantuan Water Bombing

 

Namun hal tersebut nampaknya tidak bisa dilakukan maksimal, mengingat kondisi topografi yang tidak memungkinkan untuk dicapai.

Seperti diketahui, kebakaran di Gunung Malabar berada diatas puncak dengan jarak yang cukup jauh serta akses yang cukup sulit untuk ditempuh.

Butuh waktu kurang lebih empat jam untuk mencapai puncaknya.

"Dua duanya (Gunung Malabar dan Kawah Putih) dilakukan water bombing karena manual sudah dilakukan, memang karena keterbatasan akses dan kondisi topografi yang terjal dan curam juga. Akhirnya alhamdulilah di kirim BNPB, water bombing kita lakukan," tuturnya.

Baca juga: Kebakaran Gunung Slamet Meluas, Ganjar Siapkan Water Bombing

Agar water bombing bisa dilakukan, maka pemadaman manual pun dihentikan sementara.

"Pemadaman manual dihentikan sementara karena ditakutkan tersapu air. Tapi teman-teman tetap siaga nanti evaluasi pemadaman dengan water bombing sudah sejauh mana dan seperti apa," tuturnya.

Penggunaan water bombing ini dilakukan untuk memastikan api benar-benar padam. Pasalnya ketebalan alang atau tanaman yang terbakar cukup tebal.

"Kita tidak tahu didalamnya masih ada bara api atau bagaimana jadi dengan water bombing memastikan air meresap masuk dan api betul-betul padam," jelasnya.

Adapun tanaman dan pepohonan yang terbakar ini bukanlah tanaman produksi, melainkan hanya alang-alang dan tanaman redup yang kering karena kondisi cuaca kemarau ekstrim saat ini.

"Kondisi di hutan pohon pada kering apalagi pohon redup itu cepet keringnya dan juga ada faktor alam, kemungkinan gesekan pohon. Tapi kalau faktor manusianya tetap kita himbau masyarakat untuk tetap ada kepedulian menjaga dan menecegah kebakaran," tuturnya.

Baca juga: Karhutla di Kaltim Musnahkan 1.000 Hektar Habitat Anggrek Hitam

Akibat karhutla

Seperti diketahui, akibat kebakaran hutan ini, wilayah yang terbakar di Gunung Malabar mencapai 26 hektar, sedang di Kawah Putih mencapai 16,5 hektar.

"Kalau luas yang terbakar relatif lebih kecil dibanding tahun sebelumnya. Tahun lalu kurang lebih total 50 hektar di beberapa titik. kalau ini masih 26 dan 16 hektar, masih di bawah, gak nyampe 50 hektar," ujarnya.

Sementara itu, Kapolres Bandung AKBP Indra Hermawan mengatakan bahwa satu unit helikopter ini sudah siaga untuk di Lanud Husein Satranegara.

Pelaksanaan water bombing sendiri akan dilakukan sebanyak dua kali penerbangan, yakni pagi di Kawasan Kawah Putih, dan siangnya di Gunung Malabar.

"Ada dua penerbangan, pertama Pukul 08-13.00 wib, lalu Pukul 14.00-17.00,  pelaksanaan dilakukan dengan satu unit helikopter," jelasnya.

Baca juga: PT SSS Jadi Tersangka Karhutla Riau, Disebut Lalai dan Sengaja Bakar Hutan dan Lahan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com