Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Rosma, Bocah Penderita Lumpuh yang Ditelantarkan Ibu Kandung

Kompas.com - 05/10/2019, 19:36 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

GROBOGAN, KOMPAS.com - Dari dalam rumah kecil nan usang berukuran 7x7 meter itu warga sudah terbiasa mendengar suara tangisan bocah yang begitu menyayat hati. 

Ya, rintihan Rosma, anak perempuan berusia sepuluh tahun penderita lumpuh itu sering kali pecah saat melintasi tempat tinggalnya di Desa Nglobar, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Rosma tercatat mengalami kelainan sejak lahir. Tubuhnya kaku dan tak bisa bergerak.

UPDATE: Kompas.com membuka donasi untuk adik Rosma. Mari sisihkan sebagian rezeki kita untuk membantu meringankan beban Nenek dalam merawat Rosma yang lumpuh, klik di sini untuk donasi.

Bahkan, Rosma yang seharusnya sudah duduk di bangku kelas 4 SD itu pertumbuhan fisiknya sangat lambat.

Panjang tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung kaki hanya seukuran lima jengkal orang dewasa.

Baca juga: Bayi Sapi Berkepala Dua Gemparkan Masyarakat Grobogan

 

Sekujur tubuhnya pun kurus kering kerontang. Tak seberuntung bocah sebayanya yang bisa berbicara, bermain dan belajar. 

Setiap hari, gadis mungil itu hanya bisa terbaring lemas di atas kasur. Tatapannya nampak kosong menatap bagian atap rumah tak berplafon itu. 

Sesekali, Rosma pun merengek kencang, tak jelas apakah itu yang diinginkannya. Entah karena kesakitan dengan penyakit yang bersarang di tubuhnya ataukah ada penyebab lain, neneknya pun hingga saat ini tak paham.

Terkadang, tangis Rosma berhenti ketika neneknya itu menggendongnya untuk beberapa saat.

"Sayang tubuh renta ini sudah tak kuat berlama-lama menggendong Rosma. Suami saya sudah lama meninggal sejak saya muda," tutur Mbah Rani (75), nenek Rosma, saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Sabtu (5/10/2019) siang.

Selama ini, Mbah Rani tinggal sebatang kara merawat Rosma di kediamannya yang jauh dari kesan mewah itu.

Konstruksi bangunan rumah Mbah Rani sudah reot atau aus dimakan usia. Dindingnya hanya berupa anyaman bambu yang telah rapuh dan berlubang dimana-mana.

Pun demikian juga dengan beberapa kayu penyangga rumah yang sudah keropos. Rumah Mbah Rani tidak berlantai keramik melainkan tanah liat.

Miris, bahkan Mbah Rani tak memiliki kamar mandi dan WC. Di depan rumah, hanya ada bilik kecil tanpa atap beranyamkan bambu yang di dalamnya diletakkan ember, yang dianggapnya sebagai kamar mandi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com