Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengais Air dari Lubang Bocoran Pipa PDAM...

Kompas.com - 04/10/2019, 14:37 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, sudah lima bulan terakhir tidak merasakan hujan. Akibatnya memanfaatkan semua potensi yang ada di sekitarnya, termasuk tetesan air bocoran pipa PDAM yang ada di sekitar rumahnya. 

Salah satunya, warga Padukuhan Condong, Desa Botodayaan, Kecamatan Rongkop. Mereka menggali tanah karena melihat adanya rembesan air dari pipa PDAM sejak 3 bulan terakhir.

Lubang dengan lebar kurang lebih 30 cm, dan kedalaman 30 cm, mereka mengais sisa air. Tidak peduli air itu bercampur tanah atau tidak, bagi mereka yang terpenting bisa mendapatkan air gratis. Mereka mengambil air menggunakan ember kecil.

"Saya baru pertama kali mengambil air di sini," kata seorang warga Reti, (55) kepada wartawan Jumat (4/10/2019). 

Air digunakan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minum dan memasak. Meski ia menyadari air tersebut tidak terlalu bersih. Hal ini cukup membantu karena hujan tak mengguyur wilayahnya lebih dari empat bulan.

Baca juga: Cerita Warga Lereng Merapi Jual Ternak untuk Beli Air Bersih Saat Kemarau

Selama ini warga setempat membeli air dengan harga Rp150.000 sampai Rp160.000 per tangki dengan volume lima ribu  "Ya untuk minum, mandi. Airnya ya seperti itu, agak sedikit keruh," katanya.

Setiap hari ada warga yang memanfaatkan terlihat adanya beberapa jeriken yang mengantre. Dibawah lubang terlihat air yang menyembul pelan dan harus menunggu beberapa saat untuk mengambil air. 

Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki mengatakan mengatakan, selain keterbatasan air bersih, sejumlah kecamatan pun sudah mulai kehabisan anggaran. Adapun ketiga kecamatan tersebut adalah Purwosari Tanjungsari, dan Patuk. 

Meski demikian, status tanggap darurat kekeringan masih belum diberlakukan karena anggaran bantuan droping air bersih yang dimiliki BPBD Kabupaten Gunungkidul masih mencukupi untuk 12 hari ke depan.

Baca juga: Hadapi Kekeringan, Warga Boyolali Jual Sapi untuk Beli Air Bersih

Saat ini jumlah jiwa yang mengalami kekeringan ada lebih dari 135 ribu jiwa yang tersebar di 14 kecamatan.

"Sejumlah sumber air yang biasa diambil oleh tangki kami debitnya sudah menurun. "Memang untuk kemarau tahun ini lebih panjang dibanding tahun lalu. Sekarang sudah lebih dari lima bulan tidak turun hujan," katanya. 

Datangnya musim hujan

Terpisah, Kepala Kelompok Data dan Informasi, Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Etik Setyaningrum mengatakan dalam prakiraan pada dasarian ketiga atau tanggal 21 sampai 30 Oktober mendatang musim hujan akan dialami di Kabupaten Sleman bagian utara. 

Kemudian secara berangsur akan diikuti secara merata di Kabupaten Sleman. Kabupaten Kulon Progo, Kota Yogyakarta dan Bantul pada November dasarian pertama (tanggal 1-10) dan kedua (tanggal 11-20).    

Untuk sebagian Kabupaten Gunungkidul, yakni di Kecamatan Nglipar, Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, Ponjong, Playen, dan Wonosari juga pada dasarian kedua November masuk musim hujannya.

Sedangkan di Kecamatan Rongkop, Semanu, Tepus, Girisubo, Saptosari, Panggang, dan Purwosari pada dasarian ketiga November atau tanggal 21 sampai 30. 

Baca juga: 3 Bulan Kekurangan Air Bersih, Warga Desa Ini Buat “Parit Cacing”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com