Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Virus Demam Babi Afrika Menyebar Melalui Daging Olahan Impor

Kompas.com - 02/10/2019, 21:21 WIB
Hadi Maulana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BATAM, KOMPAS.com - Penyebaran Virus ASF (African Swine Fever) atau demam babi Afrika ke Indonesia bisa dengan cepat jika tidak ditanggulangi dengan serius.

Sebab selain penyebarannya melalui daging olahan dari luar negeri, hal ini juga bisa disebabkan dari sisa makanan yang dibeli dari luar negeri dan sampah yang dihasilkan dari makanan instan dari luar negeri yang dibawa masuk ke Indonesia.

Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Barantan, Agus Sunanto mengatakan sisa makanan dan sampah yang dihasilkan dari makanan instan, memang terdengar aneh, namun hasil dari pemeriksaan, kedua media itulah yang rentan membawa penyebaran virus ASF.

Baca juga: Kementan Perketat Pengawasan Babi Cegah Virus ASF

Bahkan mewabahnya penyakit ASF di dua negara seperti Portugal dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) saat ini dapat berdampak pada aspek sosial dan ekonomi di Indonesia.

"Kematian akibat ASF akibat virus (virulensi moderate) 30-70 persen hingga 100 persen dari populasi ternak babi itu sendiri," kata Agus di Pasifik Hotel Batam, Rabu (2/10/2019).

Untuk penyebaran virus ASF melalui daging atau produk olahan, dikarenakan daging babi yang diproses dengan pemanasan yang tidak cukup.

Bisa juga melalui sisa-sisa katering dan sisa makanan bawaan penumpang dan awak kabin dalam alat angkut transportasi internasional baik moda kapal laut ataupun pesawat udara yang diolah dan dijadikan sebagai campuran pakan (Swill Feeding).

Virus ASF juga dapat terbawa oleh peternak atau petugas kesehatan hewan yang terkontaminasi seperti sepatu, baju dan lain-lain.

Baca juga: Kisah Bripda Yusran Terabas Hutan dan Bukit Demi Tebar Virus Literasi

Pengawasan ketat

Agus menjelaskan di Kepri sendiri, Barantan melakukan pengawasan lalulintas komoditas pertanian atau media pembawa dan juga makanan sisa dan sampah dari luar negeri di pelabuhan dan bandara yang sudah di tetapkan.

Untuk wilayah Kepri sendiri ada 3 unit kerja yang melakukan pengawasan yaitu Karantina Batam, Karantina Tanjung Pinang dan Karantina Tanjung Balai Karimun.

"Dari 3 unit kerja tersebut, meliputi wilayah kerja Pelabuhan Tanjung Balai Karimun, Tanjung Batu, Moro, Parit Rempak, Sri Bintan Pura, Sri Payung Batu Enam, Sri Bayintan Kijang, Tanjung Uban, Pulau Bulan, Lagoi, Pelantar II, Batu Ampar, Telaga Punggur, Sekupang, Batam Centre, da. Harbour Bay, juga Bandara Raja Haji Fisabilillah, Hang Nadim serta Kantor Pos Tanjungpinang dan Batam," jelasnya.

Baca juga: Ada Virus Demam Babi, Inflasi China Tertinggi dalam 15 Bulan

Senada ditambahkan Kepala Karantina Tanjungpinang, Donni Muksidayan yang mengatakan jumlah pintu masuk yang tidak diawasi atau jalur ilegal di Kepulauan Riau, jumlahnya mencapai ratusan pelabuhan.

Meski sering dilakukan operasi bersama Patuh Karantina yang melibatkan berbagai unsur di pelabuhan, namun lokasi-lokasi tersebut tetap kerap dijadikan lokasi distribusi barang dan orang antar pulau bahkan dari luar negeri.

Seperti Pelabuhan Dompak Lama, Pelabuhan Sei jang, Pelabuhan Sei Kecil dan Pelabuhan Barek Motor.

"Makanya kami berharap kerjasama dengan instansi terkait agar menertibkan aktifitas tersebut demi mencegah masuknya hama penyakit terutama dari luar negeri seperti ASF yang kini tengah mewabah dan heboh," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com