Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Wamena Butuh Pangan, Popok, hingga Pendampingan Psikososial

Kompas.com - 30/09/2019, 21:06 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.comPengungsi Wamena hingga kini mencapai 7.278 orang. Mereka tinggal di beberapa titik pengungsian.

“Kalau siang hari, pengungsi (dipersilahkan) untuk mengecek rumahnya. Tapi di malam hari disarankan untuk kembali ke pengungsian,” ujar salah satu relawan Rumah Zakat, Azis saat dihubungi Senin (30/9/2019).

Azis menjelaskan, meski mulai membaik, kondisi Wamena tidak bisa diprediksi. Pada malam hari terkadang masih terjadi penjarahan dan kerusuhan.

Selain itu, pengungsi membutuhkan beberapa hal. Untuk kebutuhan pokok seperti beras dan mi, masih cukup hingga 4-5 hari ke depan.

Baca juga: Cerita Pengungsi Wamena, Loncat dari Atap saat Kosnya Dibakar Massa

Namun para pengungsi kesulitan mendapat lauk pauk. Mereka membutuhkan telur, ikan, daging ayam, ataupun lauk pauk lainnya.

Selain itu, pengungsi membutuhkan perlengkapan bayi mulai dari susu, makanan bayi, popok, selimut, dan lainnya.

“Pengungsi juga memerlukan pakaian dalam hingga pembalut. Karena kebanyakan rumah mereka habis terbakar,” tuturnya.

Hal penting lainnya yang dibutuhkan pengungsi adalah pendampingan psikososial, terutama anak-anak.

CEO Rumah Zakat, Nur Efendi mengatakan, saat ini relawannya berada di tempat pengungsian posko induk Kodim di Wamena. Pihaknya tidak bisa membuka posko sendiri karena berbahaya.

“Kami tidak terkendala masalah bahasa karena kami berada di pengungsian pendatang seperti dari Minang, Bugis, dan Jawa. Kendala di sana hanya transportasi,” ucapnya.

Nur mengungkapkan, dari Sentani ke Wamena dibutuhkan waktu satu jam lewat udara. Namun penerbangan di sana sangat minim, hingga warga pun mengandalkan Hercules yang terbatas.

“Data terakhir, kerusuhan Wamena menyebabkan 33 orang tewas, 84 luka, 7.278 warga mengungsi, dan 2.589 warga eksodus (ingin keluar dari Wamena),” imbuhnya.

Baca juga: Gubernur NTB Kirim Petugas untuk Bantu Pemulangan Warganya di Wamena

 

Butuh pendampingan psikososial

Mengingat pengungsi Wamena membutuhkan pangan, selimut, tikar, obat-obatan, hingga pendampingan psikososial, pihaknya mengirimkan relawan tambahan. Di antaranya terdiri dari tim medis dan tim psikososial. 

“Tim relawan yang dikirim pertama lebih ke persoalan lapangan. Mereka hanya melakukan pendampingan sebisanya. Makanya kali ini kami kirim tim medis dan psikososial. Termasuk lauk pauk berupa super qurban,” ucapnya.

Suryanto, Koordinator Tim Psikososial Rumah Zakat mengatakan, berkaca pada kasus gempa di Lombok dan beberapa bencana di Indonesia, banyak anak yang membutuhkan pendampingan.

“Bagaimana membangun psikologis anak agar kembali ceria, mau bermain, kembali beraktivitas. Karena ada anak yang enggan ke sekolah karena khawatir, cemas, dan lainnya,” tuturnya.

Beberapa treatment yang dilakukan di antaranya permainan edukatif, dongeng, film, berbagai hal yang mengembalikan keceriaan anak. 

Baca juga: Pasca-kerusuhan Wamena, Sejumlah Dokter Bertahan di RSUD Lanny Jaya Papua

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com