Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Pasca-gempa Ambon, 25.000 Warga Mengungsi hingga 475 Lindu Susulan

Kompas.com - 28/09/2019, 12:56 WIB
Candra Setia Budi

Editor

KOMPAS.com - Pascagempa 6,8 magnitudo yang mengguncang Pulau Ambon dan sebagian Pulau Seram, Maluku, Kamis (26/9/2019) sekitar pukul 08.46 WIT hingga Sabtu (28/9/2019) gempa susulan masih terus terjadi.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) Stasiun Ambon mencatat hingga Sabtu pukul 10.48 WIT, gempa susulan yang mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya telah mencapai 475 kali.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon mencatat, ada 25.000 warga yang mengungsi ke puluhan titik pengungsian pasca-gempa Ambon, Kamis

Selain itu, dua orang pengungsi korban gempa Ambon meninggal dunia.

Kapolsek Leihitu, Ipda Jafar Lessy yang dikonfirmasi membenarkan bahwa dua warga Desa Hila meningal dunia akibat gempa susulan yang terjadi.

Berikut fakta baru pasca-gempa di Ambon:

1. Terjadi gempa susulan sebanyak 475 kali

Ilustrasi gempaShutterstock Ilustrasi gempa

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ambon, Andi Azhar Rusdin mengatakan, hingga Sabtu pukul 10.48 WIT, gempa susulan yang mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya telah mencapai 475 kali.

“Sampai pukul 10.48 WIT siang ini tercatat sudah 475 kali gempa susulan,” katanya kepada Kompas.com, Sabtu (28/9/2019).

Dikatakannya, dari ratusan gempa susulan tersebut, sebanyak 64 kali gempa dirasakan getarannya di Pulau Ambon dan sebagian Pulau Seram, Pulau Banda, dan Pulau Saparua.

Adapun gempa susulan dengan magnitudo paling besar yakni 5,6 dan yang terkecil 1,7.

”Dari 475 kali gempa susulan itu yang dirasakan getarannya itu ada 64 kali,” ujar dia.

Baca juga: Maluku di Guncang 475 Kali Gempa Bumi Susulan, Ini Penjelasan BMKG

2. Kejadian normal setelah gempa utama

Ilustrasi gempa bumi.AFP Ilustrasi gempa bumi.

Dijelaskan Andi, ratusan gempa susulan yang mengguncang Pulau Ambon dan sebagian Pulau Seram hingga saat ini merupakan kondisi yang normal terjadi setelah terjadinya gempa dengan skala yang lebih besar.

“Ini kejadian yang normal terjadi setelah gempa utama, itu untuk menstabilkan kembali kondisi patahan yang bergerak,” terang dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com