Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negeri di Atas Awan Dikeluhkan Macet dan Berdebu, Ini Penjelasan Pengelola

Kompas.com - 23/09/2019, 16:44 WIB
Acep Nazmudin,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

LEBAK, KOMPAS.com - Pengunjung obyek wisata negeri di atas awan di Gunung Luhur, Lebak, Banten, yang viral di media sosial, mengeluh soal macet dan lokasi yang berdebu.

Kondisi tersebut terjadi saat kunjungan wisatawan membludak pada Minggu (22/9/2019).

Pengelola Gunung Luhur Sukmadi memberi penjelasan terkait hal ini.

Dia mengatakan, pengunjung yang mendapati debu di Gunung Luhur tidak datang tepat pada waktunya.

"Karena saking banyaknya pengunjung, sebagian enggak dapat informasi yang benar, kami dari pihak pengelola kasih info bahwa awan bisa dilihat mulai pukul 05.30 hingga 08.00 WIB," kata Sukmadi kepada Kompas.com, Senin (23/9/2019).

Baca juga: Negeri di Atas Awan Gunung Luhur, Ditemukan, Viral, hingga Pengunjung Membeludak

Sukmadi menduga, wisatawan yang mengeluh hanya melihat debu, karena datang pada siang hari.

Saat itu, kata dia, memang banyak debu lantaran tengah ada pekerjaan jalan.

"Kalau dilihat di video, sepertinya siang hari ya, karena sudah tidak ada awan dan wisatawan juga sedikit. Kalau pagi hari di jalan tersebut banyak kabut, tidak panas seperti itu," kata dia.

Kepada para wisatawan, Sukmadi menyarankan untuk datang sesuai jadwal munculnya awan, khususnya jika ingin menikmati pesona hamparan awan.

Khusus untuk bulan-bulan ini, dia juga mengimbau wisatawan untuk datang pada hari biasa.

"Karena saat akhir pekan pengunjungnya membludak, jadi bisa disiasati pada hari biasa yang lebih sepi pengunjung," ujar dia. 

Sementara, untuk kondisi macet 7 kilometer yang terjadi akhir pekan kemarin, menurut Sukmadi, memang disebabkan jumlah pengunjung yang membludak.

Bahkan, jumlahnya berkali-kali lipat dari jumlah pengunjung pada akhir pekan sebelumnya. 

Menurut Sukmadi, pihak pengelola sudah menempatkan kendaraan mobil dan motor di kantong parkir yang tersedia.

Sementara, untuk pengendara yang datang belakangan dan tidak kebagian tempat parkir, diimbau untuk parkir di perkampungan bawah.

"Tapi banyak pengendara yang tetap ngotot mau ke atas, padahal sudah diarahkan untuk di bawah saja. Akhirnya maju tidak bisa, mundur juga tidak bisa, sehingga menciptakan kemacetan," kata dia.

Sukmadi mengatakan, untuk pengendara yang parkir di perkampungan bawah, akan lebih nyaman lantaran bisa berisitirahat di rumah warga.

Jarak ke puncak Gunung Luhur sekitar 2 kilometer. Jarak itu bisa ditempuh dengan ojek yang disediakan oleh warga dengan bayaran sesuka pengunjung.

"Kita tidak patok berapa tarif ojek, seikhlasnya saja, karena tujuannya memang untuk membantu wisatawan yang tidak kebagian parkir di atas," kata Sukmadi. 

Baca juga: Kisah Siswa Madrasah di Pamekasan, Belajar di Gubuk Reyot dan Pinggir Kuburan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com