Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Peternak Babi Beromzet Miliaran Rupiah Asal NTT, Ini Tips Renold

Kompas.com - 20/09/2019, 05:31 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Editor

KOMPAS.com - Nama Leonard Renold Tanto (26), seorang pemuda asal Desa Nampung Lau, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT, menjadi buah bibir akhir-akhir ini.

Keberhasilan dirinya menjadi peternak babi beromzet miliaran rupiah telah membuat penasaran banyak orang tentang awal mula bisnisnya. 

Dirinya pun menceritakan, kesuksesannya itu berawal dari kejeliannya melihat peluang dan berani untuk melangkah.

Renold menjelaskan, alasan dirinya menjadi peternak babi karena melihat prospek ternak babi di Maumere sangat bagus dan menjanjikan.

"Acara apa saja di Maumere pasti butuh babi. Saya putuskan untuk ternak babi. Daripada tidak ada kerja," kata pemuda yang masih status lajang itu. 

Baca juga: Cerita Renold Berhenti Kuliah Saat Skripsi: Jadi Peternak Babi dengan Omzet Miliaran Rupiah

Setelah itu, dirinya pun memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman uang ke Bank Nasional Indonesia (BNI) cabang Maumere, untuk membeli babi.

Menurutnya, dengan meminjam uang di bank itulah membuat dirinya berani dan termotivasi untuk segera menjalankan usaha ternak babi.

Saat itu, dirinya membeli 28 ekor babi betina dan 2 jantan. Dari puluhan induk itulah pelan-pelan menghasilkan ratusan ekor babi seperti sekarang ini.

"Per tahun itu hasil dari ternak babi ini ya, ratusan juta. Satu ekor babi kan dijual Rp 1 juta. Pada tahun 2017 pernah hasil Rp 1 miliar. Sebelum dan sesudah, hasilnya Rp 700 juta dan Rp 800 juta. Tetapi, itu bukan hitung bersih. Kita kan beli pakan, vaksin, obat, dan gaji karyawan. Kalau bersih, ya sekitar Rp 500 juta," kata Renold.

Kunci sukses bisnis menurut Renold 

Leonard Renold Tanto (26) saat memantau kondisi babi-babi di kandang tepatnya di Desa Nampung Lau, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (18/9/2019).KOMPAS.COM/NANSIANUS TARIS Leonard Renold Tanto (26) saat memantau kondisi babi-babi di kandang tepatnya di Desa Nampung Lau, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT, Rabu (18/9/2019).

Baca juga: Awal Mula Renold Jadi Peternak Babi Beromzet Miliaran: Berhenti Kuliah karena Bosan

Bagi Renold, untuk menjadi peternak babi yang sukses tidak sekedar dapat pinjaman uang dari bank, tetapi juga membutuhkan keuletan dan mental baja. 

Artinya, dirinya  tidak peduli dengan pandangan dan perkataan orang terhadap pekerjaan yang dia geluti. Apalagi saat kegagalan menghampiri. 

Ia lalu menceritakan, pada tahun 2016 sebagian induk dan anak babi kena penyakit huklera. Ada 5 induk yang mati dan puluhan anak babi yang mati karena penyakit itu.

"Saat itu sempat kecewa dan putus asa. Tetapi tetap bersyukur. Yang penting ada hasil. Saya selalu berpikir positif, setiap usaha pasti ada jatuh bangunnya. Pernah juga saya kerja sendiri. Urus makan dan bersihkan kandang. Tetapi, intinya tetap semangat dan tidak kehilangan harapan," kata Renold.

Selain itu, keseriusan menjadi peternak babi terbukti saat Renold rela putus kuliah demi mengurusi babi miliknya, meskipun saat itu dirinya sedang mengerjakan skripsi.

"Pada bulan November 2014, saya memutuskan berhenti kuliah. Skripsi saya lepas. Saya pulang Maumere. Alasannya, saya bosan kuliah. Itu saja," kata pemuda yang kerap disapa Renold saat berbincang dengan Kompas.com, Rabu (18/9/2019) siang.

Renold pun mengaku teman-temannya sempat menyebutnya gila karena memilih jadi peternak babi daripada pegawai kantoran. 

Sumber: KOMPAS.com (Nansianus Taris)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com