Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Warga Saat Kekeringan, Lewati Bukit, Ambil Air yang Mengalir di Bebatuan

Kompas.com - 19/09/2019, 06:15 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com-Dusun Duwet, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, berada di tengah perbukitan karst.

Rumah warga sebagian berada di lembah, ada juga yang menempel di sela perbukitan, tak ada sumur di sekitar rumah warga. 

Memasuki musim kemarau hanya hamparan ladang yang dibiarkan mengering, sebagian petani mulai mengolah lahan pertanian menjelang musim penghujan.

Baca juga: Kekeringan Semakin Meluas Pemerintah Gorontalo Tetapkan Status Darurat

Pohon jati yang meranggas membuat perkampungan ini terlihat gersang. Menjelang petang, beberapa orang warga membawa jeriken dan ember menuju ke sebuah sumber air.

Sumber air yang bernama kali Wonosari ini berada di tengah ladang dan perbukitan. Tak begitu deras airnya, yang muncul dari sela-sela bebatuan yang disalurkan melalui potongan bambu. 

Sumber air, Kali Wonosari berada di atas bebatuan di sekitar pohon beringin. Saat musim kemarau, air hanya mengalir kecil namun tidak pernah kering.

Satu jeriken ukuran 25 liter bisa diisi sekitar 30 menit, namun bagi warga yang ingin mengambil air lebih cepat, ada dua buah kolam kecil berdiameter sekitar 1 meter. Air dari kolam merupakan rembesan air dari sumber air.

"Sejak pagi sekitar pukul 02.00 WIB sudah ada yang ke sini mengambil air sampai nanti malam juga masih ada. Saya saja jam 04.00 WIB sudah mengambil empat kali," ucap Sartono, warga Dusun Duwet saat ditemui di sumber Karbohidratali, Wonosari, Selasa (17/9/2019). 

Sartono setiap hari bisa rata-rata 6 kali mengambil air menggunakan dua jeriken yang dibawanya dengan cara dipikul menggunakan bambu.

Tak mudah bagi dirinya untuk melewati perbukitan sekitar 200 meter untuk sampai ke rumahnya.

"Saya sendiri sejak bulan April mengambil air di sini. Setiap hari enam kali. Empat kali saya gunakan di rumah, dua kali untuk minum sapi dan kambing," katanya.

Baca juga: Kekeringan Semakin Parah, Warga Bangun Tandon Kolam Terpal

Memiliki dua ekor sapi dan tiga ekor kambing membuatnya harus setiap hari menyediakan air bersih untuk minum.

Kandangnya sengaja diletakkan di ladang tepat di atas sumber air agar memudahkan untuk mengangkut sampai ke kandang.

"Untuk rumah saya sudah membeli air bersih dari tangki swasta sebanyak 3 kali. Harganya untuk yang air yang banyak kapurnya Rp 130.000 dan air yang lebih bersih Rp 150.000," ujarnya. 

"Air dari sini yang digunakan untuk memasak, mencuci dan mandi juga. Airnya jernih dan tidak berkapur," ucapnya. 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com