Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DLHP Sumsel: Kualitas Udara di Palembang Masuk Kategori Tidak Sehat

Kompas.com - 18/09/2019, 19:39 WIB
Aji YK Putra,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Provinsi Sumatera Selatan mencatat, kualitas udara di Kota Palembang telah masuk kategori tidak sehat dalam kurun waktu dua hari terakhir.

Menurut Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan Sampah B3 dan Limbah B3 DLHP Sumsel, Dany Fachrial, sejak 17 September 2019, angka Indeks Pencemaran Udara (ISPU) berada diangka 117.

Sementara, pada Rabu 18 September 2019, angka ISPU meningkat menjadi 147 dan masuk dalam kategori tidak sehat.

"Kondisi udara tersebut dinilai rata-rata secata harian dari alat pemantau kualitas udara Air Quality Monitoring System (AQMS)," kata Danny.

Baca juga: Puntung Rokok Diduga Penyebab Karhutla di Gunung Merbabu

Menurut Danny, kondisi udara itu dapat berubah sewaktu-waktu. Namun, kondisi udara biasanya akan lebih parah ketika malam dan pagi hari.

Di mana asap tebal akibat kebakaran hutan nampak menutupi seluruh Palembang.

"Sifatnya fluktuatif kadang naik dan kadang turun. Biasanya konsentrasi asap akan naik pada pagi menjelang subuh. Setelah matahari terbit, asap akan menghilang," ujar dia.

Jarak pandang menurun

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang mencatat, jarak pandang sempat menurun sejak dua hari terakhir akibat tertutup kabut asap.

Hal itu dikarenakan angin permukaan yang umumnya dari tenggara dengan kecepatan 5-20 knot (9-37 km/jam) mengakibatkan potensi masuknya asap akibat karhutla ke wilayah Kota Palembang dan sekitarnya.

Sumber dari LAPAN tanggal 18 September 2019 tercatat beberapa titik panas di wilayah sebelah selatan-tenggara Kota Palembang, dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen yang berkontribusi asap ke wilayah Kota Palembang yakni pada kawasan SP Padang, Banyu Asin I, Pampangan, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, Air Sugihan, Pedamaran dan Mesuji.

Intensitas asap umumnya meningkat terjadi pada dini hari menjelang pagi hari (01.00-07.00 WIB). Hal ini dikarenakan labilitas udara yang stabil pada saat tersebut.

Baca juga: Ini Daftar Perusahaan yang Izinnya Bakal Dicabut Terkait Karhutla

Fenomena asap sendiri diindikasikan dengan kelembaban yang rendah dengan partikel-partikel kering di udara yang dihasilkan dari proses pembakaran.

Hal ini berpotensi diperburuk jika adanya campuran kelembaban yang tinggi (partikel basah/uap air) sehingga membentuk fenomena kabut asap.

"Jarak pandang tertinggi yang tercatat di Bandara SMB II Palembang pada tanggal 17 September 2019 hanya 7 km dan terendah pada pagi hari tanggal 18 September 2019 berkisar 700-800 m dengan kelembaban 95-96 persen dengan keadaan cuaca asap yang berdampak dua penerbangan mengalami delay," kata Kasi Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang, Bambang Benny Setiaji.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com