Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Jahitan Panjang di Tubuh TKW yang Tewas di Malaysia

Kompas.com - 18/09/2019, 19:01 WIB
Yamin Abdul Hasan,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

 

TERNATE, KOMPAS.com - Rabu (18/9/2019) hari ini, terhitung sudah 16 hari kematian Lily Wahidin (28) tenaga kerja wanita (TKW) asal Kota Ternate, Maluku Utara, yang dinyatakan meninggal dunia Senin (2/9/2019) lalu.

Namun, sampai saat ini, kepergian Lily masih meninggalkan duka yang mendalam bagi suami, dan anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) serta orangtua korban.

Pihak keluarga juga masih menyimpan sejumlah tanda tanya atas kematian TKW yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia itu.

Mahrus Adam, suami Lily, yang ditemui Kompas.com di kediamannya di Kota Ternate, Rabu (18/9/2019), menceritakan sejumlah kejanggalan atas kematian istrinya.

Di beberapa bagian tubuh Lily ditemukan sejumlah bekas jahitan, seperti di bagian kepala, perut, kemudian pinggul sebelah kanan.

Baca juga: Seorang TKI Asal Maluku Utara Meninggal di Malaysia, Keluarga Temukan Kejanggalan

Padahal, berdasarkan riwayat kematian yang mereka terima dari pihak agengsi AP.Morning Shine SDN.BHD serta pihak perusahaan yang merekrut Lily jadi TKW yakni PT Maharani Tri Utama Mandiri, disebutkan bahwa Lily mengalami severe head injury in person who fell from height atau cedera kepala parah pada orang yang jatuh dari ketinggian.

“Kalau memang jatuh dari ketinggian, kenapa bagian paha kanan patah, ada jahitan di bagian dahi hingga kepala. Dan yang paling tanda tanya bagi kami, yaitu terdapat jahitan mulai dari bawah kerongkongan hingga perut (bawah pusat), kemudian ada juga jahitan di atas pinggul kanan,” kata Mahrus, didampingi orangtua korban.

Selain sejumlah jahitan, di lutut bagian belakang serta beberapa bagian tubuh lainnya juga terdapat memar.

Semua ini diketahuinya setelah membuka peti jenazah yang tiba di Kota Ternate pada Kamis (5/9/2019).

“Begitu buka peti serta kafan, langsung melihat jahitan yang begitu panjang dari bawah kerongkongan hingga bawah pusat,” kata Mahrus.

Sebelum kabar kematian istrinya, Mahrus mengaku sudah menyimpan firasat yang tidak baik ketika beberapa hari sebelum kematian istri, dirinya sulit berkomunikasi dengan pihak agengsi.

Terakhir, kata dia, ia berkomunikasi dengan istrinya pada 29 Agustus 2019, itupun dengan menggunakan ponsel milik majikannya di Malaysia. Komunikasi itu juga hanya belangsung beberapa menit, setelah itu putus.

“Istri saya hanya bilang kalau dia sudah tiba di rumah majikannya. Hanya itu, langsung putus, padahal saya masih ingin bicara lagi lebih banyak dengan dia,” ujar Mahrus.

Keesokan harinya, pada 30 Agustus 2019, sekitar jam 4 sore, dia menerima telepon dari nomor +60, dia sangat yakin bahwa nomor yang diawali dengan angka itu adalah dari Malaysia, dan ternyata dari pihak agengsi.

Dalam pembicaraan itu, pihak agengsi mengatakan bahwa, “istri bapak sakit tapi kelihatan tidak sakit atau pura-pura dan saya sudah ambil dari rumah majikan untuk dibawa ke agengsi di sana selama dua hari”.

Baca juga: TKI Asal Indramayu yang Hilang Kontak 13 Tahun di Qatar Ditemukan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com