Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Keracunan Makanan Merebak, Ratusan Orang Jadi Korban, Penyebabnya Sepele

Kompas.com - 18/09/2019, 17:09 WIB
Budiyanto ,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Selama sepekan terakhir ini, tiga kasus dugaan keracunan makanan dialami sedikitnya 469 warga Sukabumi, Jawa Barat. Dua di antara warga meninggal dunia akibat keracunan makanan tersebut.

Bahkan dua kasus di antaranya terjadi bersamaan saat Kabupaten Sukabumi memperingati hari jadi ke 149 pada Selasa (10/9/2019). Peringatan hari jadi pada 10 September ini merupakan kali pertama setelah ada perubahan yang sebelumnya diperingati setiap 1 Oktober.

Kedua kasus ini terjadi di Kecamatan Parungkuda dan Bantargadung. Di Parungkuda, sedikitnya 111 buruh pabrik PT Royal Puspita mengalami keracunan setelah mengonsumsi makan siang di warung nasi langganannya, Selasa (10/9/2019) sekitat pukul 12:00 Wib.

Baca juga: Warga Sukabumi yang Diduga Keracunan Makanan Jadi 182 Orang, Sebelumnya Santap Masakan Hajatan

Sedangkan di Bantargadung, korbannya lebih banyak berjumlah 176 jiwa, dengan dua di antaramya meninggal dunia. Kasus dugaan keracunan ini setelah seratusan warga mengonsumsi makanan dari syukuran seratus hari meninggalnya seorang warga setempat, Selasa (10/9/2019) siang.

Belum saja dua kasus tuntas, dugaan keracunan makanan kembali terjadi di Kecamatan Simpenan, Senin (16/9/2019) malam. Di Simpenan ini, sedikitnya 182 orang diduga keracunan setelah mengonsumsi makanan nasi kotak dari hajatan pernikahan warga.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi, Harun Al Rasyid mengatakan kasus dugaan keracunan makanan atau pangan ini di antaranya bisa dipicu akibat musim kemarau yang berdampak pada kekeringan sehingga sulitnya mendapatkan air bersih.

"Kalau dilihat musim kemarau yang sudah terjadi lima bulan terakhir ini memang bisa mengakibatkan dan memicu sanitasi lingkungan yang jelek," kata Harun kepada Kompas.com saat ditemui dalam kegiatan pertemuan Dinas Kesehatan di Jalan Selabintana, Sukabumi, Rabu (18/9/2019) siang.

Baca juga: Keracunan Makanan Massal di Sukabumi Ditetapkan KLB, Biaya Ditanggung Pemda

Terutama, dia melanjutkan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih dan air minum. Dengan dilanda musim kekeringan ini otomotis bisa memicu terjadinya keracunan makanan atau pangan

"Keracunan makanan ini dapat terjadi juga akibat penggunaan air yang sembarangan," ujar dia.

Menunggu hasil laboratorium

Dia mengatakan musim kemarau ini bukan satu-satunya sebagai pemicu terjadinya kasus dugaan keracunan makanan. Karena pihaknya sudah mengirimkan sampel makanan dan muntahan dari korban ke laboratorium Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jawa Barat di Bandung.

"Belum ada hasilnya, kami masih tetap menunggu hasilnya, dan untuk yang kasus Simpenan juga sudah dikirim," katanya.

Terkait tindakan selanjutnya, Harun menjelaskan pihaknya dalam upaya pencegahan kasus dugaan keracunan makanan kembali terjadi di antaranya akan mengidentifikasi daerah-daerah yang dilanda kekeringan terutama yang sanitasi lingkungannya jelek.

Baca juga: Jumlah Korban Keracunan Makanan Massal di Sukabumi Menjadi 136 Orang, 23 Kritis

Pihaknya juga lanjut dia akan berkoordinasi dengan dinas atau instansi terkait, seperti Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Kebersihan (Perkimsih), Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian dan Dinas Lingkungan Hidup.

"Hasil identifikasi ini akan direkomendasikan dan berkoordinasi dengan beberapa dinas untuk memprioritaskan dalam penanganan daerah-daerah mana saja yang dilanda kekeringan  dan sanitasi lingkungan yang jelek," jelas dia.

Selain itu akan berkoordinas dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam penanganan terutama pemasokan air bersih dan air minum ke daerah yang dilanda kekeringan atau daerah yang ketersediaan air yang kurang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com