Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Rela Bayar Mahal untuk Air Bersih hingga Manfaatkan Air Keruh Telaga

Kompas.com - 09/09/2019, 18:00 WIB
Hamzah Arfah,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Kekeringan dirasakan warga di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik mencatat, ada sebanyak 59 desa yang tersebar di 8 kecamatan yang mengalami kekeringan tahun ini.

Bagi warga yang tinggal di Desa Munggugebang, Kecamatan Benjeng, Gresik, kekeringan sudah biasa mereka rasakan setiap tahun.

Sebab, memang belum ada air bersih yang disalurkan oleh PDAM. Saat kemarau seperti sekarang, mereka pun kesulitan mendapat pasokan air bersih.

"Sehari-hari pakai air sumur, tapi saat kemarau seperti sekarang ini air sumurnya asin, enggak bisa digunakan," ujar Johan, salah seorang warga Desa Munggugebang, Senin (9/9/2019).

Baca juga: Kekeringan di Banyumas Meluas, Persediaan Bantuan Air Bersih Menipis

Lantaran air dari sumur sudah terasa asin, warga menggunakan air keruh telaga yang ada di desa mereka untuk menunjang keperluan sehari-hari seperti mandi, kendati kondisinya kurang layak.

"Mau bagaimana lagi, meski kondisi airnya tidak layak dan keruh, kami kebanyakan menggunakan air di telaga untuk mandi dan keperluan lainnya. Sebab kalau beli air tangki pasti mahal," ucap Johan.

Untuk mencukupi keperluan air bersih satu truk tangki, Johan mengaku harus mengeluarkan uang tak kurang dari Rp150.000.

Jumlah teresbut bisa terus meningkat, seiring lamanya musim kemarau dan meningkatnya jumlah permintaan.

"Minggu lalu saya beli air satu truk tangki itu masih Rp150.000, tapi barusan kata tetangga itu sudah Rp160.000. Biasanya memang begitu, semakin lama tidak turun hujan, banyak permintaan, harganya juga ikut naik," kata Johan.

Senada dengan Johan, Muhammad Farikhin, warga Desa Wadak Kidul, Kecamatan Duduksampeyan, Gresik, juga harus membeli air bersih yang dijual untuk keperluan sehari-hari meski harus mengeluarkan biaya tidak murah.

"Bantuan air bersih memang sudah ada yang masuk desa, tapi kan untuk satu kampung, buat orang banyak. Mau enggak mau ya beli air tangki sendiri untuk keperluan sehari-hari," kata Farikhin.

Sama dengan Johan, Farikhin mengaku di desa tempat tinggalnya juga belum dialiri oleh saluran PDAM.

Warga harus mengeluarkan uang bila ingin mendapatkan air bersih sesuai keinginan.

"Beli air tangki-an, satu tangki Rp150.000 bisa dibuat untuk mencukupi keperluan selama dua mingguan," tutur dia.

Sementara itu, BPBD Gresik terus berupaya membantu masyarakat di desa terdampak kekeringan.

Penyaluran air bersih melalui truk-truk tangki yang dimiliki, kendati belum terdistribusi secara maksimal lantaran armada yang dimiliki terbatas.

"Pemerintah melalui BPBD menyediakan 1.000 tangki air bersih (5000 liter/tangki). Saat ini sudah sekitar 400 tangki, rata-rata tujuh truk tangki per desa," ujar pelaksana tugas Kedaruratan Kedaruratan dan Logistik BPBD Gresik, Dianne Hetty Widajati.

Delapan desa yang terdampak kekeringan di Gresik menurut BPBD berada di Kecamatan Benjeng, Cerme, Balongpanggang, Kedamean, Menganti, Duduksampeyan, Bungah, dan Sidayu.

Baca juga: Cerita Warga NTB Saat Kekeringan, Tidak Mandi hingga Sering Menahan Buang Air

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com