Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM Temukan Kesamaan Pola Kerusuhan di Papua dan Papua Barat

Kompas.com - 08/09/2019, 16:21 WIB
Dhias Suwandi,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com - Kantor Perwakilan Komnas HAM Provinsi Papua telah menurunkan tim untuk mendalami kerusuhan yang sempat terjadi di Manokwari, Sorong, Fakfak dan Jayapura.

Dari tim yang diturunkan ke lapangan, Komnas HAM mendapati ada kemiripan pola di keempat daerah tersebut.

"Kemiripannya misalnya, para mobil komando sebagai koordinator itu masih di tempat lain, masih di jarak yang lain, tapi perusakan dan penjarahan sudah terjadi di depan," ujar Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Provinsi Papua, Fritz Ramandey, di Jayapura, Minggu (8/09/2019).

Baca juga: Pascarusuh Jayapura, Penjagaan Lapas di Papua Diperketat

Fritz juga mengaku telah berbicara kepada koordinator demo pada 19 dan 29 Agustus 2019 yang merupakan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Cenderawasih dan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ).

Mereka adalah Ferry Kombo Mantan Ketua BEM Fisip Uncen dan Alexander Gobay, dan keduanya kini berada di tahanan Mapolda Papua sebagai saksi kasus kerusuhan Jayapura.

"Mereka berdua mengaku sebagai koordinator pada aksi pada 19 Agutus dan itu murni dikoordinir oleh BEM. Mereka menolak yang bawa atribut lain (pada aksi 29 Agustus) sama sekali diluar koordinasi mereka, karena itu mereka meminta ada penindakan kepada siapa yang mengkoordinir aksi-aksi pengrusakan, membawa bendera, itu harus bertanggung jawab," tuturnya.

Baca juga: Pascarusuh Jayapura, Penjagaan Lapas di Papua Diperketat

Dari keterangan mereka, Fritaz meyakini bila massa yang turun pada 29 Agustus sudah berbeda dengan yang ada pada 19 Agustus.

Karenanya ia memastikan, baik Ferry Kombo atau Alexander Gobay akan membantu kepolisian untuk mengungkap fakta sebenarnya dibalik kerusuhan yang terjadi di Jayapura.

"Betul (ada penyusup), mereka menyesal karena dalam waktu dekat mereka akan wisuda. Mereka berdua sudah menyatakan akan mendukung seluruh upaya hukum kepolisian dan akan kooperatif," tutur Fritz.

Baca juga: Kemensos Terjunkan Tim Validasi Penerima PKH di Papua dan Papua Barat

Selain itu, ia memastikan bila seluruh tahanan yang terkait kasus kerusuhan Jayapura dalam kondisi baik dan diperlakukan manusiawi oleh aparat.

Aksi protes anti rasisme berujung rusuh di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat.

Pada 19 Agustus, kerusuhan terjadi di Manokwari dan Sorong, Papua Barat.

Lalu pada 21 Agustus kerusuhan juga pecah di Fakfak, Papua Barat dan Mimika, Papua.

Kemudian pada 29 Agustus, kerusuhan terjadi di Kota Jayapura dan melumpuhkan aktifitas masyarakat.

Kompas TV Polda Jawa Timur mengejar tersangka Veronika Koman ke luar negeri. Ia diduga terkait dengan insiden asrama mahasiswa Papua Surabaya, dengan menyebar provokasi dan hoaks. Polisi juga meminta imigrasi mencabut paspor Veronica Koman. Polisi bekerja sama dengan interpol dan imigrasi, untuk pengejaran Veronica Koman, yang ditetapkan sebagai tersangka pada Rabu lalu.<br /> <br /> Dalam akun Twitternya, Veronica Koman memang aktif menginformasikan soal kondisi saat terjadinya unjuk rasa yang berujung kerusuhan di Papua. Pada 18 Agustus, seperti yang disampaikan, polisi Veronika menuliskan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com