Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panas dan Berdebu Saat Belajar, Siswa SD Ini Ingin Kelasnya Segera Dibangun

Kompas.com - 07/09/2019, 18:17 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Khairina

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Puluhan siswa SD Negeri Pancawangi Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat terpaksa belajar di luar kelas beralas terpal.

Siswa kelas 4, 5 dan 6 yang semuanya berjumlah sekitar 50 orang itu sejak dua bulan terakhir belajar di lapangan voli, di bawah pohon, dan di teras depan ruang guru. 

Tidak seperti keadaan kelas pada umumnya, mereka belajar dengan posisi “semaunya”. Ada yang duduk bersila, selonjoran bahkan ada yang sambil jongkok dan tengkurap.

Baca juga: Kelas Ambruk, Siswa SD di Cianjur Belajar di Lapangan Beralaskan Terpal

Guru pun membawa papan tulis berukuran sedang saat memberikan materi pelajaran kendati konsentrasi peserta didiknya tampak tidak fokus.

Putri (12), siswi kelas enam menuturkan, ia terpaksa belajar lesehan di luar kelas sejak masuk tahun ajaran baru karena kelasnya rusak. 

Ia pun mengaku tidak kerasan belajar di luar tanpa meja dan kursi tersebut karena tidak bisa konsentrasi.

“Tidak nyaman, lama-lama pinggang sakit, pegal juga,” kata Putri kepada Kompas.com, Sabtu (7/9/2019).

Senada, Paiz Fazillah (11), siswa kelas lima mengaku belajar di lapangan tidak nyaman karena kerap kepanasan.

“Mata juga suka perih karena banyak debu. Tidak enak belajarnya,” ucapnya.

Baca juga: Sudah 2 Bulan, Siswa SD di Cianjur Belajar di Bawah Pohon dengan Alas Terpal

Karena itu, Paiz berharap kelasnya bisa segera diperbaiki agar ia dan teman-temannya bisa kembali  mengikuti kegiatan belajar dengan nyaman.

“Ingin sekolah kami bisa diperbaiki agar bisa kembali belajar di kelas,” ucap Paiz diamini teman-temannya.

Plt Kepala SDN Pancawangi, Asep Sulaeman menuturkan, kondisi tersebut sudah berlangsung sejak pertengahan Juli lalu atau selama dua bulan terakhir.

“Ada tiga ruang kelas yang kondisinya rusak berat, ditambah Kamis kemarin ruangan untuk kelas 4 ambruk sekitar jam 1 siang,” tutur Asep kepada Kompas.com, Sabtu.

Ditenggarai ambruknya ruang kelas tersebut akibat hujan deras yang turun semalaman ditambah kondisi bangunan yang memang telah lama lapuk dan rusak.

“Beruntung saat kejadian sekolah sudah bubar, soalnya anak-anak sering main juga di sekitaran kelas itu,” katanya.

Asep yang baru ditugaskan di sekolah itu sejak Juli lalu menggantikan kepala sekolah sebelumnya yang pensiun, mengaku berinisiatif mengosongkan tiga ruang kelas yang rusak itu demi keselamatan siswa dan guru.

“Jadinya sekarang sebagian siswa kami terpaksa belajar di luar. Kalau masih pagi belajarnya di lapang, kalau mulai panas pindah ke bawah pohon. Bagaimana situasinya saja,” ucapnya.

Namun demikian, kondisi tersebut sangat tidak ideal untuk kegiatan belajar-mengajar. Selain konsentrasi belajar siswa terganggu kondisi lingkungan juga tidak sehat karena berdebu.

“Kasihan melihatnya, namun bagaimana lagi karena kondisinya seperti ini. Apalagi nanti kalau sudah datang musim hujan, tidak tahu anak-anak ini belajarnya di mana nanti,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com