Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bupati Asmat: Kami Selesaikan Masalah Secara Adat, Bukan di Jalan

Kompas.com - 04/09/2019, 05:06 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


ASMAT, KOMPAS.com – Bupati Asmat Elisa Kambu memastikan kondisi Kabupaten Asmat jauh dari kata kerusuhan.

Di saat beberapa titik di Papua dan Papua Barat memanas dengan aksi unjung rasa yang berakhir anarkistis, Asmat masih hidup dalam ketenangan, tanpa gejolak.

Elisa mengatakan, wilayah yang dia pimpin tak akan terusik dengan hingar bingar di luar. Jika ada masalah, bukan cara kekerasan yang mereka pilih.

“Kita ini orang punya budaya. Perbedaan pendapat hal yang wajar. Tapi bukan di Jalan,” kata Elisa, saat ditemui di halaman Polres Asmat, Sabtu (31/8/2019).

Baca juga: Gubernur Papua Curiga Kelompok Separatis Dalangi Kerusuhan Jayapura

“Bagusnya datang, duduk satu meja, selesaikan secara adat. Begitu cara Asmat mengatasi masalah,” lanjut dia.

Terkait tindakan rasisme yang dilakukan aparat dan aktivis di Surabaya terhadap mahasiswa Papua di sana, diakui Elisa, membuat warga Asmat geram.

Bagaimana tidak, saudara mereka didiskriminasi dengan perkataan yang tidak pantas.

Namun, kata Elisa, kemarahan yang ditunjukkan dengan aksi demo di Manokwari, Jayapura, dan Timika beberapa waktu lalu, tak menular ke warganya.

Begitu mendengar adanya aksi berujung anarkistis itu, segenap pejabat Asmat langsung berkumpul untuk mengambil sikap.

Mereka berupaya meredam dengan menyebarkan pesan damai agar warga Asmat tak tersulut provokasi.

“Kita sepakat, bermusyawarah, bermufakat, maka etika komunikasi bisa dilakukan. Kalau yang terjadi di Papua kemarin akumulasi dari masalah yang lalu,” kata Elisa.

Elisa menambahkan, masyarakat Asmat sepakat bahwa tak boleh ada kerusuhan yang terjadi di sekitar mereka.

Asmat merupakan daerah yang hanya ditopang panggung kayu. Jika ada pergerakan sedikitpun yang mempengaruhi posisi bangunan, merusak jalanan, maka yang kena imbas bisa meluas.

Baca juga: Menkominfo: Akses Internet di Papua Kembali Dibatasi jika Situasi Tak Kondusif

Aktivitas ekonomi juga akan lumpuh. “Dampaknya akan luas daripada kalau di daratan. Oleh karena itu, di Asmat sepakat tidak boleh ada yang kayak begitu,” kata Elisa.

Terkait kerusuhan di Papua dan Papua Barat, Elisa menekankan bahwa sesama anak bangsa harus saling menghargai. Diskriminasi, kata dia, tidak boleh dipelihara di republik ini.

Apalagi, Indonesia dikenal sebagai negeri dengan budaya yang kaya dan beragam.

“Tidak boleh ada upaya untuk menyeragamkan. Yang ada adalah keberagaman,” kata Elisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com