Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Deiyai Papua Memanas, 1 TNI Gugur, Ini Penjelasan Kapendam Cenderawasih

Kompas.com - 28/08/2019, 16:57 WIB
Dhias Suwandi,
Khairina

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com - Bentrok antarmassa dengan aparat keamanan terjadi di Kabupaten Deiyai, Papua, pada Rabu (28/8/2019) siang.

Massa pada saat itu ingin kembali menggelar aksi unjuk rasa terkait dugaan tidak rasisme kepada mahasiswa Papua di Jawa Timur.

"Singkatnya kami mengamankan aksi demo, terus begitu kumpul massa anarkis dan kita jadi korban, panah sama senjata tajam," ujar Kapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Cpl Eko Daryanto kepada Kompas.com melalui telepon.

Baca juga: Baku Tembak di Deiyai Papua, 1 TNI Tewas, 5 Polisi Terluka

Terkait adanya isu 10 senjata api milik TNI yang dirampas oleh massa berikut dengan amunisinya, Eko belum bisa memberikan jawaban pasti.

Namun, ia mengakui ada laporan bila massa sempat berbuat anarkis kepada aparat keamanan.

"Memang ada informasi (massa) merebut senjata, tapi kami sedang confirm ke sana betul tidaknya. Mereka ada upaya aksi anarkis untuk merebut senjata dari anggota TNI yang melakukan pengamanan," tuturnya.

Sedangkan mengenai isu adanya korban jiwa dari pihak massa, Eko mengakui hal tersebut. Namun jumlahnya tidak seperti informasi yang beredar.

"Kami yang korban 6 itu, 3 TNI dan 3 Polri, 1 meninggal, yang lain luka-luka ada 1 kritis. Kalau dari info rumah sakit, masyarakat 1 yang masuk, kita belum tahu lukanya," terangnya.

Baca juga: Kontak Senjata di Papua Terjadi Saat Demo di Halaman Kantor Bupati Deiyai, Begini Kronologinya

Menurut Eko, kini situasi di Distrik Waghete, Deiyai, sudah berangsur kondusif dan massa telah membubarkan diri sejak pukul 16.00 WIT.

Kini, sambung Eko, Dandim 1705/Paniai, bersama Bupati Deiyai dan para tokoh masyarakat setempat sedang berkumpul untuk mengatasi masalah tersebut.

Akibat kejadian tersebut, Serda Rikson gugur karena mengalami luka panah dan bacok di bagian dada.

Sementara Yul Toa Motte, Koordinator Aksi di Deiyai mengklaim, awalnya aksi yang dimulai sejak pukul 09.00 WIT berjalan tertib. Namun, sekitar pukul 13.00 WIT, aparat keamanan mengeluarkan gas air mata yang kemudian memicu kemarahan massa.

Menurut dia, pada aksi tersebut jumlah massa sekitar 500 orang dan mereka menggelar unjuk rasa di halaman Kantor Bupati Deiyai.

"Aksi ini adalah aksi lanjutan dari tanggal 24 Agustus 2019," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com