Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Nelayan Pantai Sadeng di Tangan Tengkulak, Melaut hingga 10 Hari Tapi Tidak Dapat Apa-apa...

Kompas.com - 22/08/2019, 17:48 WIB
Markus Yuwono,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Para nelayan di Pelabuhan Sadeng, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, tidak bisa berbuat banyak terkait harga jual ikan yang didapatkannya.

Mereka tergantung pada para tengkulak yang memberikan modal kepada mereka sebelum melaut. 

Salah seorang nelayan, Sutoyo menceritakan, dirinya dan puluhan nelayan lainnya yang menggunakan kapal sekoci antara 10-15 GT sekali melaut membutuhkan 12 jeriken bahan bakar minyak jenis solar.

Jumlah ini digunakan untuk mencari ikan sejauh 150 mil untuk mencari ikan segar. Jauhnya mereka melaut, karena ikan-ikan sulit ditemukan di sekitar pantai sadeng.'

"Jarak untuk menangkap bisa mencapai 150 mil karena di sekitar Sadeng ikannya sudah habis," katanya ditemui di Pelabuhan Sadeng, Kamis (22/8/2019).

"Jarak tangkapan yang semakin jauh, sekali melaut bisa sampai sepuluh hari. Ya kalau hanya dapat satu ton, maka nelayan tidak mendapatkan apa-apa," ujarnya. 

Baca juga: Polisi: TNI AL Bantu Tangani Pembajakan Kapal Nelayan di Perairan Aru

Dijelaskannya, kondisi nelayan semakin sulit karena harga ikan yang dipatok tengkulak terus menurun.

Beberapa tahun lalu cakalang kualitas bagus dibeli Rp 13.000, tapi sekarang hanya Rp 11.000 per kilogram.

Sutoyo pun berharap adanya solusi sehingga nelayan bisa mandiri dan tidak tergantung dengan tengkulak.

Sunardi nelayan lainnya, mengaku sekali melaut harus membuat kesepakatan dengan tengkulak, karena ada perjanjian ikan hasil tangkapan dijual ke pemodal.

Konsekuensinya nelayan tidak bisa menentukan harga ikan secara mandiri karena semua tergantung dari tengkulak. 

Contohnya misal harga pasaran ikan cakalang mencapai Rp 25.000 per kilogram. Sedangkan saat turun dari kapal, mereka membeli Rp 11.000 per kilogram. Harga ini akan turun jika ikan pecah perut yakni Rp 6.000 per kilogramnya.

"Nelayan tidak bisa menentukan harga sendiri karena semuanya ditentukan oleh tengkulak," ucapnya.

Baca juga: Ridwan Kamil Imbau Nelayan Tak Jual Ikan yang Terpapar Limbah Minyak

 

Solusi Cold Storage, Buka Ekspor ke China

Selama ini nelayan menjual dalam bentuk ikan segar, namun sejak April 2019 lalu nelayan bisa memanfaatkan teknologi di cold storage atau rumah pendinginan Inka Projomino di kawasan Pelabuhan Sadeng. Dengan fasilitas itu, maka kualitas ikan dapat terjaga. 

Divisi Cold Storage Inka Projomino, Fakhrudin Alrosy mengatakan, rumah pendinginan ini bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ini baru beroperasi tahap awal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com