Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penjual Bendera Jelang 17 Agustus: Rela Jauh dari Keluarga Walau Untung Tak Seberapa

Kompas.com - 13/08/2019, 09:42 WIB
Hamzah Arfah,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com - Jelang peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus, para penjual bendera sudah banyak terlihat di pinggir jalanan, begitu juga halnya di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Bahkan, banyak di antara mereka berasal dari luar kota dan jauh meninggalkan keluarga demi mengais rezeki di Gresik.

Salah satunya adalah Maman (49), penjual bendera yang berada di Jalan Usman Sadar, Gresik. Ia mengaku, rela meninggalkan anak-istrinya di Garut, Jawa Barat.

Tepatnya di Desa Margaluyu, Kecamatan Leles, Garut, yang berjarak ratusan kilometer dari Gresik, untuk mengais rezeki.

Baca juga: Penjual Bendera di Garut Tiarap

Ayah dari lima orang anak ini mengatakan, rela jauh meninggalkan keluarga demi mencari rezeki memanfaatkan momentum Hari Kemerdekaan Republik Indonesia dengan berjualan bendera dan pernak-pernik lain.

"Bersama 40-an orang lain dari Leles, Garut. Bukan punya saya sendiri, jualin punya juragan. Sudah lima tahun ini ikut jualin bendera milik juragan yang ada di Garut, buat penghasilan, sebab di kampung juga belum ada kerjaan," buka Maman kepada Kompas.com, Senin (12/8/2019).

Dari Garut ke Gresik, upah Rp 2.500 per bendera terjual

Maman mengatakan, dirinya biasa menjadi buruh tani di kampung halaman di Garut. Namun karena saat ini sedang tidak ada kerjaan, ia pun memutuskan untuk ikut berjualan bendera dan pernak-pernik di Gresik.

"Di kampung lagi sepi kerjaan, biasanya juga buruh tani di sawah orang, tanam cabai. Sehari Rp 50.000, tapi itu juga enggak tiap hari, pas kalau disuruh saja," kata dia.

Atas dasar tersebut, Maman akhirnya membulatkan tekad untuk mengadu nasib di Gresik bersama rekan-rekannya, kendati hingga berita ini ditulis Maman mengaku, masih baru dapat menjual tiga buah bendera yang dibanderol Rp 25.000.

Baca juga: Penjual Bendera Menjamur, Pemasukan Jadi Menurun

"Sejak saya datang jualan di sini tanggal 6 kemarin, hingga hari ini masih laku tiga bendera yang ukuran 70 centimeter, lainnya belum laku," ucap dia.

Padahal Maman menyatakan, dari bendera yang sudah laku terjual itu dirinya hanya mendapatkan bagian Rp 2.500 sebagai upah dari juragannya di Garut.

"Kalau bendera yang ukuran itu, saya memang hanya dapat Rp 2.500 sesuai perjanjian. Lain barang, lain komisi, tapi biasanya yang paling banyak laku tahun-tahun kemarin itu ya bendera ukuran ini," ujar Maman.

Upah habis buat makan, biaya hidup ngutang juragan

Kendati demikian, perjuangan Maman dalam mengais rezeki di Gresik dengan berjualan bendera juga tidak mudah. Sebab ia mengaku, harus mencukupi kebutuhan dirinya sendiri untuk makan dan keperluan lain.

"Itu (untung) juga sudah habis, buat makan aja masih kurang. Ini ngutang dulu sama juragan buat biaya hidup di sini beberapa hari ini," kata dia.

Maman menjelaskan, jika juragan yang memiliki dagangan bendera hanya menanggung ongkos untuk perjalanan berangkat ke kota tujuan, dengan selebihnya termasuk makan, ongkos pulang, hingga lain-lain tidak termasuk dalam anggaran.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com