Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Tutik Membangun Bisnis Bumbu Daging Kurban, Bertahan Melawan Bumbu Instan

Kompas.com - 12/08/2019, 10:27 WIB
Aprillia Ika

Editor

KOMPAS.com - Supri Astuti (43) atau Tutik merupakan produsen bumbu tradisional yang masih bertahan di tengah gempuran maraknya bumbu instan.

Saat Idul Adha, jadi masa panen bagi perempuan warga Dusun Kedunggalih, Desa Pengasih, Kecamatan Pengasih, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini.

Menurut Tutik, dia bisa memproduksi 400 plastik bumbu per hari dari dapur kecilnya. Mulai dari bumbu gule, tongseng, opor, rawon, bestik, sate, soto, hingga rica-rica.

Sementara saat menjelang Idul Adha, permintaan bumbunya meningkat hingga 10.000 bungkus tahun ini. "Tahun lalu hanya 7.000 bungkus," kata Tutik.

Bumbu rendang merupakan bumbu paling diminati. Ia membuat 4.000 bungkus yang merupakan pesanan. Harga per plastik bumbu Rp 5.000, cukup untuk 1 kg daging. Namun di tangan reseller bisa mencapai Rp 8.000 per bungkus.

Baca juga: Kisah Mantan Pedagang Asongan Jualan Bumbu Daging Kurban, Dulu Nyaris Depresi, Kini Raih Omzet Puluhan Juta

Peluang bumbu tradisional vs bumbu instan

Menurut Tutik, ia masih yakin dengan peluang pasar di bumbu racikan sebab masih banyak orang yang tidak puas dengan rasa bumbu instan produksi pabrikan.

Bumbu Tutik tersebar di sekitar kota Wates, atau wilayah-wilayah di Kulon Progo, serta kota-kota di Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kulon Progo.

Tutik dan suaminya, Simron Guswanto (42) memulai bisnis bumbu rumahan setelah pada 2004 dagangan asongannya di stasiun-stasiun kereta di Jakarta disita petugas dan dia tidak punya apa-apa.

Walau sempat nyaris depresi, Tutik kemudian kembali ke Wates, kota kelahiranya dan memulai usaha.

Mengaku menyukai dunia masak memasak, Tutik nekat terjun ke bisnis bumbu.

Ia menggiling sendiri semua bahan baku, memasukkan dalam kemasan plastik, mengikatnya, lantas menitipkan ke beberapa pedagang di pasar maupun tukang jamu di Kota Wates.

Seketika laris jelang lebaran. Ia bisa menghasilkan Rp 350.000 dalam satu hari waktu itu.

Bisnisnya pun berkembang luas. “Saya juga tidak hanya menjual bumbu. Saya ini juga jual sayur matang bungkusan. Saya titip ke penjual-penjual di pasar,” katanya.

Baca juga: Awal Puasa, Harga Bumbu Dapur di Cirebon Mulai Turun

Bumbu dengan cita rasa kuat, racikan khas

Tutik mengaku tidak berpuas diri atas hasil racikannya. Ia menginginkan bumbu dengan cita rasa kuat.

Sambil memproduksi bumbu dan masakan, ia terus menambah referensi rasa terbaik dengan mencoba makanan apapun.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com