Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebanyak 160 Ribu Warga Cantumkan Identitas Penghayat Kepercayaan di KTP

Kompas.com - 07/08/2019, 22:35 WIB
Rachmawati

Editor

DENPASAR, KOMPAS.com - Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Christriyati Ariani menyebutkan, data dari Kemendagri jumlah penghayat kepercayaan yang telah mencantumkan identitas di KTP sebanyak 160 ribu orang.

"Terakhir kemarin, data dari Kemendagri ada 160 ribu sekian yang sudah mencantumkan identitasnya di KTP. Yang belum mencantumkan mungkin lebih banyak," jelasnya.

Sementara, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi mencatat pada tahun 2019 terdapat 190 organisasi penghayat tingkat pusat dan 1000 organisasi tingkat cabang.

Baca juga: Wapres Kalla Ingatkan agar Hak Kependudukan Penghayat Kepercayaan Tak Dihalangi

"Jumlahnya tentu bertambah. Keputusan MK sangat diapresiasi para penghayat dan sekarang beberapa pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten kota sudah mengakomodasi putusan itu. Dan mereka sekarang sudah boleh mencantumkan di KTP. Walaupun belum semua kabupaten atau kota mencantumkannya," terangnya.

Dikutip dari Tribun Bali, asal daerah penghayat kepercayaan yang telah mencantumkan identitas terbanyak berasal di sebagian wilayah di Jawa, Sumatra Utara, Sulawesi Barat, dan NTT.

"Penghayat kepercayaan paling tertinggi yakni dari Jawa Tengah sebanyak 55 organisasi. Lalu disusul Jawa Timur, Sumatra Utara, Lampung, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, NTT, dan Bali," ungkapnya.

Baca juga: Komnas HAM Kritik Sikap Pemerintah yang Tak Penuhi Hak Warga Penghayat Kepercayaan

Saat ini, menurut Christriyati Ariani, salah satu permasalan internal yang dialami pengahayat kepercayaan adalah sebagin besar penghayat kepercayaan belum terbuka terhadap keberadaannya.

Sedangkan permasalahan eksternal yakni sebagian besar masyarakat Indonesia belum memahami dan bertoleransi dengan keberadaan penghayat kepercayaan.

"Saya harapkan dengan semakin banyak mereka yang menunjukkan identitas, saudara yang bukan penghayat itu harus mengakui bahwa itu juga saudara kita dan dilindungi oleh undang-undang. Harus ditingkatkan toleransi karena ajaran merela bersumber dari nilai kearifan lokal yang sudah ada sejak nenek moyang kita," pungkasnya.

Baca juga: Tanpa KTP dan Surat Keterangan, Penduduk Liar di Bali Akan Dipulangkan

Sementara, salah satu penghayat kepercayaan organisasi Jowo Luku perwakilan Malang, Ririn Rinata menuturkan pihaknya belum mencantumkan identitasnya di KTP.

"Saya sih belum mencantumkan, Mbak. Memang belum mengurus. Tetapi suami dan keluarga orang tua saya sudah mencantumkan di KTP," ungkapnya kepada Tribun Bali saat ditemui di Golden Tulip Sunset Road, Bali, Selasa (6/7/2019).

Ririn mengatakan bahwa pihaknya tidak mendapat perlakuan atau diskriminasi dari masyarakat di luar organisasinya.

"Ya biasa saja. Tidak ada perbedaan. Semua sama. Tetapi memang ada beberapa tradisi yang masih kami lakukan. Dan pernikahan kami lakukan juga di Disdukcapil," tutupnya

Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Sudah 160 Ribu Penduduk Cantumkan Penghayat Kepercayaan di KTP

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com