Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Egianus Kogoya Disebut Masih Remaja, Ini Tanggapan TNI

Kompas.com - 05/08/2019, 11:41 WIB
Dhias Suwandi,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, pemimpinan Organisas Papua Merdeka (OPM) di Kabupaten Nduga, Papua, Egianus Kogoya disebut masih berusia 17-18 tahun.

Hal itu disampaikan oleh Victor Mambor, jurnalis senior di Papua yang mengaku sempat bertemua Egianus Kogoya pada Januari 2019 di Distrik Mbua.

Menanggapi hal tersebut, Kodam XVII/Cenderawasih menilai hal tersebut tidak mungkin karena mayoritas anggota OPM usianya jauh di atas itu.

Baca juga: Ini Perkiraan TNI tentang Jumlah Kelompok OPM Pimpinan Egianus Kogoya

"Kalau sosoknya (Egianus Kogoya) seperti umur 17-18 tahun, secara tinjauan psikologis, usia 17-18 itu tidak mempunyai kemampuan untuk memimpin orang-orang yang usianya jauh di atas," ujar Wakapendam XVII/Cenderawasih, Letkol Inf Dax Sianturi, di Jayapura, Senin (5/8/2019).

Sosok Eginaus dianggap sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap setiap aksi penembakan yang terjadi di Nduga.

Melihat aksi-aksi yang dilakukan kelompok tersebut, Dax yakin bila Egianus memiliki cukup pengalaman.

"Tentu kalau usianya sekitar itu (17-18 tahun) tentu pengalamannya sangat minim. Di organisasi kriminal seperti itu, pengalaman merupakan modal seorang pemimpin," kata dia.

Terlebih, ada beberapa bukti video yang memperlihatkan anggota OPM di Nduga tengah melakukan aksi penembakan dari dalam hutan.

Dari video tersebut, diyakini penembakan selalu dilakukan orang dewasa.

"Rata-rata yang melakukan orang dewasa, dari video terlihat yang melakukan bukan anak-anak remaja," tutur dia.

Baca juga: Di Balik Catatan Kriminal Egianus Kogoya, Teroris Paling Diburu hingga Diminta Menyerahkan Diri

Terkait dengan informasi banyaknya anak-anak yang direkrut menjadi anggota OPM di Nduga, Dax tidak bisa membantah hal tersebut.

Namun, ia meyakini keterlibatan anak-anak tersebut hanya sebatas sebagai simpatisan dan lebih digunakan untuk alat propaganda di media.

"Kalau dibilang simpatisan mungkin iya, karena di usia seperti itu, mereka umumnya masih labil," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com