Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Pangandaran Dilatih Hadapi Tsunami Besar di Selatan Jawa

Kompas.com - 02/08/2019, 14:42 WIB
Candra Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

PANGANDARAN, KOMPAS.com - Ekspedisi Destana (Desa Tangguh Bencana) Tsunami memasuki segmen ketiga atau wilayah Jawa Barat.

Ekspedisi segmen ketiga dimulai di Kabupaten Pangandaran mulai Jumat hingga Minggu (2-4/8/2019).

"Pesertanya 200 orang dari pemerintah pusat dan daerah, pakar, akademisi, relawan, NGO, dan media. Mereka jadi satu tim akan datang ke desa-desa yang rawan tsunami di Jawa Barat. Kita tingkatkan kapasitas di desa itu supaya jadi Desa Tangguh Bencana," jelas Deputi Pencegahan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Lilik Kurniawan usai penyerahan pataka Ekspedisi Destana Tsunami dari BPBD Jawa Tengah ke BPBD Jawa Barat di Lapangan Desa Kalipucang, Pangandaran, Jumat (2/8/2019).

Dia menjelaskan, 13 tahun lalu Pangandaran merupakan daerah terdampak tsunami. Saat itu, banyak korban jiwa akibat bencana ini.

Baca juga: Fakta di Balik Potensi Tsunami Besar, Bisa Terjadi Kapan Saja hingga Tiga Menit untuk Selamat

Lilik mengatakan, ke depan pemerintah tidak menginginkan adanya korban jiwa akibat tsunami.

"Apakah warga siap misalnya hari ini ada tsunami, apa yang dilakukan? Kalau jawabnya sudah (siap), kita tenang. Kalau belum, kita khawatir akan muncul korban yang mungkin lebih besar karena sekarang yang tinggal di daerah rawan tsunami lebih banyak," ucapnya.

Ditanya seberapa parah dampak ke Pangandaran jika tsunami laut selatan Jawa benar-benar terjadi, Lilik menjelaskan, BMKG dan sejumlah peneliti telah membuat beberapa model jika terjadi gempa yang disusul tsunami. "Skenarionya banyak," jelas dia.

Namun secara umum, jelas Lilik, yang harus sangat waspada adalah warga yang tinggal kurang dari 20 meter dari pantai. Mereka kata dia harus memahami betul kalau ada info terkait tsunami harus pergi ke mana.

Dia melanjutkan, permasalahan lain yang muncul adalah Pangandaran merupakan daerah wisata. Di sini, kata dia, bukan hanya ada warga lokal yang hapal medan.

"Ada wisatawan dari Bandung, Yogyakarta, bahkan mancanegara. Apakah mereka sudah teredukasi bahwa tahun 2006 di Pangandaran terjadi tsunami. Apakah mereka teredukasi dg peristiwa 2006? Apakah mereka tahu tempat evakuasi di mana?" jelas dia.

Jika wisatawan belum tahu, lanjut Lilik, harus disiapkan ihwal edukasi seputar tsunami sekarang juga. Hal ini supaya wisatawan di Pangandaran menjadi aman, nyaman, merasa terlindungi, dan merasa diperhatikan.

"Mereka tahu saat ada info BMKG mereka pergi ke mana," kata dia.

Kepala Pelaksana BPBD Pangandaran, Nana Ruhena mengatakan, pihaknya sedang menggarap edukasi kebencanaan kepada wisatawan. Saat ini BPBD sedang bekerja sama dengan Persatuan Hotel Seluruh Indonesia (PHRI) Pangandaran.

"Kita membuat program Hotana (Hotel Tangguh Bencana)," jelas Nana.

BPBD, kata dia, akan mencoba dua sampai tiga hotel agar punya Early Warning System (EWS) sendiri. Pihaknya bekerja sama dengan sebuah perusahaan pembuat EWS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com