Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerugian Materi akibat Gempa Bumi di Maluku Diperkirakan Rp 300 Miliar

Kompas.com - 28/07/2019, 21:24 WIB
Yamin Abdul Hasan,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

TERNATE, KOMPAS.com - Kerugian materi atas gempa bumi magnitudo 7,2 yang mengguncang wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara pada 14 Juli 2019 lalu, diperkirakan mencapai lebih dari Rp 300 miliar.

Sekretaris Daerah Kabupaten Halmahera Selatan Helmi Botutihe mengatakan, kerugian materi paling besar yakni rumah penduduk, kemudian gedung sekolah sebanyak 27 unit.

Selain itu, kerusakan jalan, jembatan, dermaga maupun fasilitas umum lainnya seperti masjid dan gereja.

“Kerugiannya sekitar lebih dari Rp 300 miliar, mulai dari rumah, infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dermaga, maupun fasilitas umum seperti sekolah, puskesmas, masjid dan gereja,” kata Helmi ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (28/7/2019).

Baca juga: Masa Tanggap Darurat Gempa Maluku Utara Berakhir

Kerusakan rumah, infrastruktur maupun fasilitas umum terbanyak berada di Kecamatan Bacan Timur Tengah, Bacan Timur Selatan, Gane Barat, dan Gane Barat Selatan. Kemudian, di Gane Timur Selatan, serta Kecamatan Kepulauan Joronga.

Pasca masa tanggap darurat yang berakhir hari ini, Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan akan mengusulkan pembangunan infrastruktur melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

“Tentunya kami segera lakukan pengusulan, karena ada jalan nasional maupun provinsi yang mengalami kerusakan,” kata Helmi.

Berdasarkan data dampak gempa bumi hingga 25 Juli 2019, jumlah rumah rusak berat mencapai 1.214 unit.

Sedangkan, rusak ringan 1.565 unit. Kemudian, fasilitas umum yang mengalami kerusakan berat sebanyak 42 unit dan rusak ringan 44 unit.

Untuk rumah warga yang mengalami kerusakan berat, kata Helmi, pemerintah daerah akan mengusulkan untuk pembangunan rumah hunian sementara. Sedangkan, yang mengalami kerusakan ringan akan diperbaiki.

Salah satu yang menjadi prioritas adalah pembangunan 27 sekolah yang mengalami rusak berat.

“Walaupun proses belajar tetap berjalan sambil menunggu dibangun, mungkin untuk sementara bertahan dulu di sekolah darurat atau di tenda besar, ataupun tempat lain yang memungkinkan anak bisa belajar,” kata Helmi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com