Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

15 Tahun Terganggu Limbah, Warga Tutup Saluran Irigasi

Kompas.com - 26/07/2019, 09:25 WIB
Markus Yuwono,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Belasan warga Desa Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta, menutup saluran irigasi yang diduga tercemar.

Mereka berharap ada solusi terkait limbah yang sudah mengalir sejak belasan tahun terakhir,  Kamis (25/7/2019)

Upaya tegas ini karena dalam beberapa tahun terakhir pencemaran semakin meluas. Bahkan, sumur warga mulai tercemar limbah.

Baca juga: Kebun Tercemar, Warga Desa ini Minta Pertamina Ganti Rugi Rp 1 Triliun

 

Dari pantauan, warga mendatangi Jalan Karangnongko yang di bawahnya melintas saluran irigasi dari sisi utara mengarah ke selatan.

Mereka membawa tulisan dan membentangkan spanduk terkait aksi keprihatinan munculnya limbah.

Setelah berorasi mereka memasang batako dan campuran semen di saluran irigasi tepat diujung gorong gorong yang membelah jalan. Sehingga, air tidak bisa ke selatan.

"Upaya ini merupakan kekesalan karena seminggu lalu kami mendatangi kantor DLH tetapi sampai sekarang tidak ada solusi, limbah tetap mengalir," kata koordinator aksi Waljito seusai aksi Kamis.

Baca juga: Tercemar, Air Danau Batur Bali Tidak Layak Dikonsumsi Langsung

"Irigasi tidak boleh dibuka sampai airnya bebas pencemaran. Jika sudah bersih kami siap gotong royong membuka segel," ujarnya.

Menurut dia, pencemaran irigasi setiap hari bertambah parah, di lima dusun yakni Tegal Krapyak, Kweni, Sawit, Pelemsewu, dan Karangnongko. Bahkan mulai masuk ke sumur warga.

"Biota sungai tidak ada yang hidup, belut, ikan dan cacing saja sudah tidak ada. Ayam juga tidak mau minum dari saluran ini," ucap warga Karangnongko ini.

Dukuh Pelemsewu Waskito menambahkan, dampak dari limbah yakni bau menyengat, dan hasil pertanian kurang maksimal. Sebenarnya sudah sekitar 15 tahun warga mengalami hal tersebut. Namun upaya belum maksimal.

"Sudah pernah lapor ke desa tetapi belum ada respon. Lalu kemarin ke DLH juga sama," ucapnya.

Salah seorang warga Pelemsewu Rojiah mengatakan, sebagai warga kecil selama ini memilih diam, dan menikmati bau yang setiap hari keluar.

"Airnya jika berwarna putih keluar baunya menyengat. Biasanya pagi dan sore," ujarnya.

Sejumlah orang dari DLH Bantul tampak bernegosiasi dengan warga agar membuka penutup saluran. Namun ditolak warga.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com