Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Tumpeng Raksasa Jadi Rebutan Nelayan di Tengah Laut...

Kompas.com - 25/07/2019, 07:00 WIB
Slamet Widodo,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

TRENGGALEK, KOMPAS.com – Nelayan pantai pesisir selatan perairan Prigi, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, menggelar acara rutin yakni Larung-Larung Sembonyo, Rabu (24/7/2019).  

Acara labuh laut berupa tumpeng raksasa tersebut diselenggarakan setahun tahun sekali, pada bulan Selo penanggalan Jawa.

“Tradisi Sembonyo ini sudah berjalan sekitar dua dasawarsa, sebagai wujud rasa syukur dan mengenang jasa para leluhur,” ujar Ketua Panitia Larung Sembonyo Nurkawit, Rabu.

Baca juga: Kisah Ibu Muda Melahirkan di Atas Perahu Saat Terjadi Kebakaran di Jambi

Ratusan perahu nelayan prigi yang dihias turut mengawal tumpeng raksasa yang dilarung menuju tengah laut.

Tumpeng raksasa tersebut ditarik dengan menggunakan perahu jenis slerek, milik salah satu nelayan Prigi Desa Tasikmadu. Ratusan perahu berbagai jenis yang biasanya digunakan untuk melaut mencari ikan ini, pada acara tersebut ditumpangi warga masyarakat yang ingin melihat dari dekat proses larung.

Sesampainya di titik pelepasan tumpeng yang berjarak 2 mil dari dermaga, sejumlah awak kapal melepas tali pengikat tumpeng. Selanjutnya, tumpeng raksasa yang berisi beberapa jenis hasil bumi dan aneka lauk, menjadi rebutan nelayan yang turut mengikuti proses larung.

“Kenapa simbolnya melarung ke laut, karena laut selama ini telah memberi rezeki kepada para nelayan di Trenggalek,” ujar Bupati Trenggalek Mochammad Nur Arifin di lokasi acara.

Baca juga: Kisah 7 Bocah di Bogor Tabung Uang Jajan 10 Bulan untuk Beli Sapi Kurban

Sebelum dilarung ke tengah laut, tumpeng setinggi tiga meter itu diarak dari kantor Kecamatan Watulimo, menuju pelabuhan tempat pelelangan ikan Prigi.

Sepanjang jalan jalur yang dilalui arak-arakan tumpeng ini, dipadati oleh ribuan warga Watulimo yang mengabadikan dengan kamera ponsel. Dalam arak-arakan, juga terdapat barisan kereta kencana yang dinaiki oleh seorang perempuan selayaknya ratu, lengkap dengan para prajurit.

Selain sebagai ungkapan rasa syukur para nelayan atas hasil ikan tangkapan, acara tahunan sedekah laut yang biasa dengan sebutan Larung Sembonyo ini sebagai acara adat budaya warisan leluhur, guna menarik wisatawan.

“Laut sudah memberi rezeki, sekarang mari menjaga laut. Laut jangan diberi sampah,” kata Nur Arifin.

Selama sekitar tiga hari, seluruh nelayan Prigi sengaja tidak melaut untuk menyiapkan acara labuh laut ini. Hal ini sudah disepakati oleh para nelayan setiap acara sembonyo berlangsung.

Apabila ada nelayan yang tetap melaut mencari ikan pada hari tersebut, akan diberi sangsi berupa penyitaan hasil tangkapan.

“Para nelayan fokus pada acara sembonyo. Ini sebagai bentuk penghormatan acara adat,” ujar Nurkawit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com