Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OPM Terus Berulah di Nduga Papua, Siapa yang Pasok Senjata?

Kompas.com - 24/07/2019, 16:48 WIB
Dhias Suwandi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

JAYAPURA, KOMPAS.com - Konflik bersenjata di Kabupaten Nduga, Papua, masih terus terjadi. Terakhir pada Selasa (23/07/2019), pasukan TNI berhasil menguasai markas Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Distrik Mugi.

Pada kesempatan tersebut, pasukan TNI berhasil mengamankan 1 pucuk pistol standar militer kaliber 9 mm, 3 buah HT, 1 buah GPS, 3 buah magazen, serta ratusan munisi kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm.

Kapendam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Muhammad Aidi menyebut hasil sitaan tersebut diyakini hanya sebagian kecil logistik persenjataan yang dimiliki OPM pimpinan Egianus Kogoya.

"Pasti banyak karena sumbernya juga banyak. Kita tidak tahu dari mana sumber itu. Contoh beberapa bulan lalu ada seorang warga Polandia yang tertangkap melakukan transaksi, berarti ada pihak-pihak tertentu di luar," ujarnya kepada Kompas.com di Jayapura, Rabu (24/07/2019).

Baca juga: Kontak Senjata, TNI Sebut Ada Kelompok Separatis Terluka di Nduga

Selain itu, sambung Aidi, garis batas negara Indonesia-Papua Nugini sangat panjang sehingga tidak mungkin dapat diawasi 24 jam.

Kemudian, garis pantai Papua juga sangat panjang dan memungkinkan untuk dimasuki pihak-pihak tertentu yang ingin memasok senjata untuk OPM.

Namun Aidi menekankan adanya kemungkinan lain yang disebutnya sebagai oknum yang menjadi bagian dari OPM tapi memiliki kedudukan di instansi pemerintah.

"Dan, tidak menutup kemungkinan ada oknum yang berperan memasok senjata. Kita lihat saja siapa yang paling nyaring suaranya untuk seolah-olah mendukung mereka dan meminta TNI/Polri ditarik, mungkin kita bisa mengarah ke sana, tapi sekali lagi saya tidak menuduh," tuturnya.

Baca juga: 4 Fakta Baku Tembak Selama 5 Jam di Nduga, 1 Prajurit TNI Gugur hingga Disergap Saat Patroli di Jembatan Trans Papua

Selain itu, Aidi meyakini bahwa senjata yang dimiliki oleh Egianus Kogoya tidak didapat secara gratis namun harus dibeli dengan harga yang cukup tinggi.

"Dilihat dari barang bukti yang dia pamerkan sendiri atau yang kita dapatkan, terlihat kalau semua harus didapatkan dengan uang, bararti ada pemasoknya," kata Aidi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com