Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Trauma Gempa, Nelayan di Halmahera Selatan Belum Berani Melaut

Kompas.com - 24/07/2019, 16:29 WIB
Yamin Abdul Hasan,
Farid Assifa

Tim Redaksi

TERNATE, KOMPAS.com - Masyarakat di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, masih trauma pasca-gempa magnitudo 7 yang diikuti gempa susulan.

Trauma yang dirasakan masyarakat pun sebagian besar masih membekas hingga membuat ribuan warga yang terkena dampak gempa masih bertahan di beberapa titik pengungsian.

Selain aktifitas sekolah yang belum berjalan normal, nelayan di beberapa desa pun masih trauma melaut.

"Sudah sekitar satu minggu ini, sejak gempa, (nelayan) belum melaut karena takut gempa," kata Usman, salah nelayan di Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat, Rabu (24/07/2019).

Baca juga: Usai Digoyang Gempa, Rumah di Halmahera Selatan Terendam Banjir

Seluruh nelayan yang punya kapal Pajeko di Desa Saketa sejauh ini belum berani melaut, sampai menunggu betul-betul tidak ada lagi gempa susulan.

"Pajeko itu sudah hampir seminggu ini ada di situ, tunggu sampai tidak ada gempa," kata Usman lagi.

Tidak adanya nelayan yang melaut, membuat harga ikan di Saketa melambung tiga kali lipat.

Kondisi ini sangat dirasakan masyarakat karena sudah terbiasa dengan harga ikan murah.

"Sebelum gempa, ikan harga Rp 10.000 per kantong plastik berisi sekitar 25 sampai Rp 30 ekor, tapi sekarang harga Rp 10.000 itu cuma dapat 4 sampai 8 ekor," kata Irma, warga Saketa.

Baca juga: Trauma, Warga Halmahera Selatan Siang di Rumah, Malam Kembali ke Pengungsian

Warga berharap kondisi ini secepatnya bisa normal sehingga harga ikan kembali normal.

"Karena harga ikan mahal, kita hanya makan ikan kering. Ikan yang dijual ini dari desa lain tapi nelayan di desa sini belum melaut," katanya lagi.

Masih mengungsi

Sebelumnya, Ribuan warga di Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, masih bertahan di beberapa titik pengungsian, Minggu (21/7/2019).

Berdasarkan pengamatan Kompas.com di Desa Balitata, Kecamatan Gane Barat, hampir seluruh warganya yang berjumlah 750 jiwa masih bertahan di titik pengungsian. Mereka memilih tinggal di pengungsian karena masih merasakan getaran gempa susulan setiap hari.

"Masih takut karena masih sering terjadi gempa susulan, barusan juga ada gempa," kata Mina, salah satu warga yang mengungsi, Minggu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com