Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Minum Jamu, Ramuan Klasik Pengobatan Sejak Zaman Nenek Moyang....

Kompas.com - 24/07/2019, 06:28 WIB
Rachmawati

Penulis

KOMPAS.com - Presiden Jokowi mengunggah video di akun Instagramnya tentang kebiasaannya minum jamu di pagi hari sebelum memulai aktivitas.

"Biasanya saya kalau pagi itu, sebelum beraktivitas, minum jamu. Jamu ini adalah jamu dari campuran temulawak, jahe, kunyit. Jadi jahe ditumbuk atau dirajang-rajang, temulawak ditumbuk dirajang-rajang. Kunyit juga kemudian diseduh air panas,disaring kemudian diminum," kata Jokowi dalam video tersebut.

Ia mengaku bahwa jamu memberi manfaat yang baik untuk kebugaran tubuh dan ia telah rutin minum jamu sejak 17-18 tahun lalu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Ingin tahu bagaimana saya menjaga kebugaran tubuh? Tak ada rahasia, tidak ada yang istimewa. Hanya ramuan sederhana semata. Selamat pagi.

A post shared by Joko Widodo (@jokowi) on Jul 22, 2019 at 6:01pm PDT

Kebiasaan minum jamu sudah lama dilakukan oleh masyarakat di Nusantara.

Prof. Dr. Murdijati Gardjito, pakar kuliner Indonesia dan salah satu penulis buku Jamu Pusaka Penjaga Kesehatan Bangsa Asli Indonesia, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (23/7/2019) mengatakan jamu sudah dikenal sejak abad ke-8.

Dokumentasi tertua tentang jamu terdapat pada relief Candi Borobudur pada tahun 772 SM. Pada relief tersebut ada gambar orang yang sedang mengulek menggunakan cobek serta seorang tabib yang sedang mengobati dan memijat seseorang.

Selain itu banyak kitab-kitab yang berisi tentang obat-obatan tardisional seperti Serat Centhini serta beberapa lontar yang ada di beberapa wilayah Nusantara.

"Memang terbanyak di Jawa. Tapi jangan salah selain ada Jamu Jawa, ada Jamu Madura, Jamu Kalimantan,bahkan ada Jamu Papua. Jamu ini tersebar di seluruh Nusantara," jelasnya.

Baca juga: Jokowi Rajin Minum Jamu, Ini Bukti Jamu Minuman Asli Orang Indonesia

Di buku yang berjudul Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680 Jilid 1: Tanah di Bawah Angin yang ditulis oleh Anthony Reid dijelaskan bahwa buku obat-obatan yang berasal dari tradisi India diterjemahkan dan ditulis kembali di Jawa, Bali, Birma, Siam dan Kamboja.

Tapi perannya lebih besar dalam bidang agama dari pada sebagai pengetahuain eksperimental yang berkembang.

Sementara itu Willem Lodewycksk pada tahun 1598 menulis armada pertama di Belanda mencatat lima puluh jenis jamuan dan rempah-rempah di bagian khusus Pasar Banten

"Dan banyak yang sekarang tidak kita ingat lagi. Khasiat pengobatan dari banyak di antaranya dituliskan dengan seksama," tulis Lodewycksk.

Baca juga: Diminum Setiap Pagi, Ini Manfaat Jamu ala Jokowi


Rempah dan rimpang

Kios jamu di Pasar Gede Kota SoloKOMPAS.com/RACHMAWATI Kios jamu di Pasar Gede Kota Solo
Murdijati Gardjito menjelaskan perbedaan rempah dan rimpang. Menurut peneliti UGM tersebut, rempah akan memberikan rasa, sedangkan rimpang lebih untuk diambil khasiatnya.

"Tapi dua-duanya baik rempah maupun rimpang bisa digunakan untuk jamu. Kalau jamunya Pak Jokowi kan jahe, temulawak, dan kunyit. Itu pakai rimpang. Untuk stamina. Yang namanya jamu berasal dari alam dan aman untuk dikonsumi dalam jangka panjang," jelasnya.

Untuk pembuatan jamu, menurut Murdijati, tidak harus selalu menggunakan rimpang tapi bisa juga dengan rempah. Dia mencontohkan kayu secang dan juga kecubung yang sering digunakan untuk bumbu masakan, bisa juga dijadikan jamu.

Baca juga: Cerita Jokowi soal Ramuan Jamu yang Buat Tubuhnya Selalu Bugar

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com