Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Telaga Mengering di Gunungkidul

Kompas.com - 23/07/2019, 10:31 WIB
Markus Yuwono,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ratusan telaga yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, sudah mengering akibat selam empat bulan tidak turun hujan. Warga diminta untuk menghemat air bersih, karena kemarau diperkirakan masih beberapa bulan lagi.

Kepala Bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul Taufik Aminudin mengatakan, Kabupaten Gunungkidul memiliki  460 telaga yang tersebar di seluruh kecamatan.

Hingga saat ini, pihaknya telah melakukan survei di 306 telaga, untuk mengetahui kondisi serta daya tampung telaga. Survei dilakukan bersama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak. Hasilnya, sekitar 355 telaga mengering.

"Jika durasi kemarau lebih lama, jumlah yang terancam mengering lebih banyak. Tahun ini diprediksi lebih banyak," kata Taufik saat dihubungi, Selasa (23/7/2019).

Baca juga: Kekeringan, Warga Banyumas Tampung Air Bersih dengan Terpal

Saat musim penghujan, seluruh telaga di Gunungkidul mampu menampung air sebanyak 5.149.954,75 meter kubik. Kemudian, saat musim kemarau hanya menyisakan 1.119.386,70 meter kubik.

Fungsi dari telaga mengalami pergeseran sejak 2000, karena masyarakat sudah memiliki sambungan air bersih dari PDAM ataupun SPAMDes. Semula, air telaga masih banyak dimanfaatkan oleh untuk dikonsumsi.

Namun, saat ini keberadaan telaga dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mencuci serta air minum ternak.

"Keberadaan telaga masih penting bagi masyarakat," kata Taufik.

Menurut Taufik, permasalahan mengenai telaga merupakan wewenang Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak.

"Pemerintah Gununungkidul tidak memiliki wewenang. Setiap tahunnya ada perbaikan telaga," ucap Taufik.

Baca juga: Kekeringan, Warga Gunakan Air Kubangan untuk Cuci Beras dan Mandi

Kekurangan telaga

Akibat dari sendimantasi yang parah, puluhan telaga di Kabupaten Gunungkidul berubah fungsi menjadi lahan pertanian dan perubahan fungsi lainnya. Perubahan fungsi ini menyebabkan masyarakat tidak lagi bisa memanfaatkan telaga saat musim keamrau.

"Catatan kami ada 460 telaga yang ada di Gunungkidul. Dari jumlah itu ada 27 telaga yang berubah fungsi," kata Kepala Seksi Pembangunan, Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul, Sigit Swastono.

Bahkan, oleh warga sekitar, telaga-telaga yang mati ini dialihfungsikan untuk kegiatan lain seperti di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, yang diubah menjadi sekolahan .

Seharusnya, menurut Sigit, keberadaan telaga digunakan untuk menampung air, sehingga bisa digunakan untuk saluran irigasi ataupun mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti memberi minum ternak pada saat kemarau.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul Edy Basuki menambahkan, telaga masih menjadi andalan masyarakat untuk mencukupi kebutuhan air saat musim kemarau. Meski tidak dikonsumsi, tetapi digunakan untuk kebutuhan seperti mencuci dan minum ternak.

"Telaga menjadi salah satu pilihan untuk mengurangi beban pembelian air bersih," kata Edy.

Saat ini, warga terdampak kekeringan di 14 kecamatan sekitar 127.000 jiwa. Saat ini baru 8 kecamatan yang menjadi fokus droping air yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Hal ini lantaran terdapat beberapa kecamatan yang dapat melakukan droping air secara mandiri seperti di Kecamatan Tanjungsari, Patuk, Karangmojo, Ponjong dan beberapa kecamatan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com