CIREBON, KOMPAS.com - Tangis bahagia mewarnai kepulangan Turini di tengah-tengah keluarganya, Senin (22/7/2019).
Ini merupakan pertama kalinya Turini menginjakkan kaki di kampung halamannya, di Desa Dawuan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, Jabar, setelah 21 tahun merantau sebagai tenaga kerja wanita (TKW) atau pekerja migran Indonesia (PMI) di kawasan terpencil Riyadh, Arab Saudi.
Turini akhirnya dapat kembali memeluk tubuh Ibunya, Syiah, yang kini berusia 68 tahun. Keduanya menangisi perjumpaan pertama mereka setelah 21 tahun terpisah.
Tetangga yang menyaksikan kepulangannya, berulangkali memeluk tubuh Turini. Turini kembali dalam kondisi aman, selamat, dan sehat.
Namun, di balik kebahagiaan bertemu denga keluarganya, Turini mengalami kisah menyedihkan selama 21 tahun menjadi TKW.
Turini menceritakan, dirinya berkerja pada dua majikan yang berbeda. Namun, keduanya masih memiliki tali persaudaraan. Turini merasa bagaikan berada di dalam penjara. Dia tidak boleh keluar rumah dan jalan-jalan.
"Saya tuh enggak bisa keluar, enggak bisa pulang, seperti orang di penjara aja. Di rumah aja, enggak pernah melihat sama orang-orang. Enggak pernah ke toko, enggak pernah pergi-pergian, enggak pernah ke pasar-pasar," ujar Turini.
Baca juga: 21 Tahun Terpisah dari Keluarga, TKI asal Cirebon Tiba di Kampung Halaman
Hal itu membuat Turini frustasi. Setelah dapat berkomunikasi dengan keluarga pada Maret 2019, Turini berulangkali mengancam keluarganya untuk bunuh diri apabila tidak dapat memulangkannya kembali ke Indonesia.
Turini mengaku ancaman itu dilakukan karena dirinya sudah tidak tahan dengan kondisi yang seperti di penjara.