CIANJUR, KOMPAS.com – Krisis air bersih akibat kekeringan yang melanda sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, terus meluas.
Giliran warga Kampung Cisalak Hilir, Desa Cisalak, Kecamatan Cibeber, Cianjur, yang kini harus merasakan dampak dari musim kemarau tersebut.
Warga terpaksa menggali dasar Kali Cisalak untuk membuat cerukan di sungai yang telah mengering sejak dua bulan terakhir itu.
Alhasil, cerukan-cerukan itu kini telah menjadi sumber air baru bagi warga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci dan kakus (MCK).
Baca juga: KPU Cianjur 2 Kali Disanksi DKPP, Begini Respons KIPP Jabar
“Kondisi airnya kurang bagus, tapi mau bagaimana lagi sumur sudah tidak lagi mengeluarkan air,” kata Enung (47), warga RT 002 Kampung Cisalak Hilir, saat ditemui tengah mencuci pakaian di Kali Cisalak, Minggu (21/7/2019) petang.
Enung menyebutkan, ia bersama warga membuat beberapa cerukan di dasar sungai. Dari tiga cerukan yang telah dibuat itu, satu di antaranya ditutup dengan terpal sebagai tempat mandi.
“Asalnya di sini banyak sampah berserakan, saya sapu-sapu dulu, setelah bersih lalu digali untuk nampung air, warga dari luar kampung sini juga banyak yang ngambil air ke sini,” tutur dia.
Warga lain, Sunarti (32) menyebutkan, cerukan yang dibuat warga kini menjadi sumber air andalan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci.
Biasanya, warga melakukan aktivitas mandi dan mencuci di pagi hari dan petang menjelang malam. Warga juga mengangkut air ke rumah untuk kebutuhan air di malam hari.
“Kemarin cuma keruh saja, tapi sekarang airnya agak bau. Harus ditamper (didiamkan) dulu,” ucap dia.
Baca juga: Kekeringan, Warga Gunakan Air Kubangan untuk Cuci Beras dan Mandi
Ketua RW setempat, Yusup Cucun (63) menyebutkan, ada empat titik lokasi cerukan di sepanjang Kali Cisalak yang dibuat warga.
Selain menggali dasar sungai, warga juga membuat kubangan dengan cara membendung aliran air sungai yang tersisa dengan karung-karung pasir.
“Kondisi airnya berbeda-beda, kalau di sini lumayan lah, tidak terlalu kotor dan tidak bau, tapi kalau di tempat lain karena masih banyak sampah jadinya ngaruh ke air, agak bau,” ucap dia.
Saat ini, cerukan dan kubangan di Kali Cisalak menjadi sumber air warga. Ia bersama beberapa warga pun berinisiatif untuk menyewa mesin pompa agar bisa menyedot air lebih besar lagi.
“Kami swadaya untuk sewa dan beli bahan bakarnya. Air kami sedot ke kolam mesjid, dan warga MCK-nya di sana. Jadi, kubangan ini untuk sumber saja. Tapi, tidak bisa nyedot setiap hari karena kondisi air di kubangannya juga sudah mau habis,” terang Yusup.
Baca juga: Kekeringan, Warga Rela Berjalan Bolak balik Menyedot Air dengan Mulut
Yusup menyebutkan, krisis air bersih wilayahnya itu mulai dirasakan warga sejak tanggul irigasi Sungai Cikondang jebol Januari lalu.
"Air sudah tidak lagi masuk ke kali ini dan sekarang diperparah dengan kemarau, hujan sudah dua bulan lebih tidak turun. Praktis, warga sudah tidak punya lagi sumber air, di sumur juga pada kering,” ungkap dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.