Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Acara Floating Party Joget dan Minum Bir di Atas Danau Toba Menuai Kontroversi, Ini Kata Penyelenggara

Kompas.com - 18/07/2019, 20:11 WIB
Dewantoro,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com - Volcano Floating Party sebagai paket wisata di atas Danau Toba kini menuai kontroversi lantaran menampilkan gambaran turis asing berpesta di atas sebuah kapal di Danau Toba. 

Di satu sisi, ramainya Danau toba oleh turis asing memperlihatkan keberhasilan pemerintah mempromosikan Danau Tiba sebagai destinasi wisata unggulan.

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyejajarkan danau ini dengan destinasi wisata unggulan lain seperti Mandalika, Labuan Bajo dan Borobudur. 

Terkait pro kontra penyelenggaraan party atau pesta di atas kapal di Danau Toba, Kompas.com meminta pendapat sejumlah warga Medan untuk mendudukkan perspektif pariwisata danau vulkanis tersebut.

Baca juga: Masuk 10 Destinasi Bali Baru, Kemenpar Terus Gali Potensi Danau Toba

 

Melanggar nilai sakral

Salah satu warga Medan yang bernama Sony mengatakan, ia melihat pemberitaan mengenai Volcano Floating Party di sejumlah media.

Sebagai mahasiswa perguruan tinggi swasta di Medan, ia menilai pesta pora di atas danau purba itu tidaklah etis lantaran danau tersebut memiliki nilai sakral tersendiri. Apalagi pesta pora di atas kapal tersebut dilakukan dengan meminum minuman keras. 

"Istilahnya, apakah pantas kegiatan seperti itu dilakukan di atas danau yang orang banyak juga tahu itu sakral. Mistisnya juga ada. Saya rasa itu tidak perlu ada," ujar pria yang mengaku lahir di Balige ini, Kamis (18/7/2019)

Warga lain Patar Hutagalung mengatakan,  ada baiknya jika kegiatan-kegiatan positif lebih banyak dilakukan saat memasarkan wisata danau ini. Misal, daripada musik-musik DJ yang ditampilkan, akan lebih indah jika menampilkan sajian kesenian daerah. 

"Kan bule-bule pasti lebih suka musik tradisional daripada musik DJ ketika mereka di daerah yang kental dengan nuansa adat dan budayanya," katanya. 

Baca juga: G Nite Party di Surabaya Dibatalkan, Penyelenggara Sebut Publik Gagal Paham

Positif

Sementara Ojak Manalu, Direktur Rumah Karya Indonesia mengatakan, apa yang dilakukan di Volcano Floating Party tidak ada yang salah.

Pertama, orang yang ingin tidak ada hal-hal yang berlebihan dilakukan di atas kapal. Dia bercerita jika temannya pernah ikut dalam event tersebut dan tidak menemukan hal berlebihan. 

Menurutnya, justru yang dilakukan di situ dapat menjadi daya tarik lain pariwisata Danau Toba. Untuk menarik lebih banyak orang, apalagi dari turis asing, menurutnya diperlukan banyak menu yang menarik.

"Itu kan yang buat orang-orang situ. Orang-orang batak juga, jadi mereka sudah sangat tahu lah adat atau aturan. Tak mungkin mereka membuat sesuatu yang bisa merugikan mereka. Itu dapur dan periuk mereka," katanya. 

kedua, untuk ikut kegiatan itu orang harus merogoh koceknya sebesar Rp 300 ribu. Artinya, itu sangat segmented dan tidak akan ada anak-anak yang ada ikut di dalamnya, misalnya.

Jika mau blak-blakan, lanjut dia, ada di satu tempat terdapat warung remang-remang yang siapa saja biasa masuk tanpa harus mengeluarkan uang ratusan ribu. 

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com