Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Tari Thengul Bojonegoro, Wayang 3 Dimensi hingga Terdaftar HAKI

Kompas.com - 15/07/2019, 12:25 WIB
Achmad Faizal,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

BOJONEGORO, KOMPAS.com - "Jogete durung bubar, ayo diteruske, jogete durung bubar, ayo diteruske...," teriakan ribuan penari Thengul menggema dari sebuah tanah lapang di sisi Sungai Bengawan Solo, Bojonegoro, Minggu (14/7/2019) sore.

Para penari perempuan itu berdandan ala wayang Thengul. Bedak dan lipstik tebal melekat di wajah para penari yang merupakan siswi 364 sekolah dasar hingga sekolah menengah atas (SMA) di Bojonegoro.

"Dulu, anak-anak sekolah enggan berdandan ala wayang Thengul, karena memang tidak cantik. Bedaknya dan lipstiknya tebal seperti wayang Thengul," kata Adi Sutarto, seniman tari yang juga guru seni di SMP Negeri 1 Margomulyo, Bojonegoro, usai pertunjukan tari Thengul massal, Minggu.

Persepsi masyarakat terhadap Thengul akhirnya berubah semenjak Thengul Bojonegoro beberapa kali memenangkan event tari nasional di Jakarta.

"Upacara 17 Agustus di istana negara nanti, Tari Thengul akan tampil 250 orang. Kurator istana sudah konfirmasi," kata Adi.

Baca juga: Menari Massal, 2.019 Penari Thengul Bojonegoro Pecahkan Rekor Muri

Wayang 3 dimensi.

Adi Sutarto menceritakan, para seniman Bojonegoro mulai mendalami Thengul sebagai ikon Bojonegoro sejak 1991. Wayang Thengul dipilih, karena satu-satunya wayang 3 dimensi di Jawa Timur. Wayang tersebut serupa wayang golek di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Adi mengatakan, karena wayang 3 dimensi terbuat dari kayu, maka gerakan tari Thengul memang terkesan kaku, menirukan wayang golek dengan kepala yang menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Istilahnya orang Bojonegoro Thengal-Thengul," kata Adi.

Tari Thengul mengadopsi gerakan wayang 3 dimensi yang kemudian dikembangkan menjadi gerakan tari khas Bojonegoro.

Pertunjukan wayang Thengul sendiri di Bojonegoro juga tidak banyak. Biasanya masih ditampilkan di acara-acara hajatan atau acara budaya yang digelar Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.

Wayang Thengul di Bojonegoro biasanya mengangkat cerita Legenda Angling Dharma. Sementara, wayang golek di Jawa Barat mengangkat cerita Mahabharata, dan wayang golek di Jawa Tengah mengangkat cerita Menak yang menceritakan penyebaran Islam di Pulau Jawa.

Terdaftar HAKI

Pemkab Bojonegoro sendiri disebut sudah mendaftarkan Tari Thengul dan Wayang Thengul sebagai kesenian yang memiliki hak kekayaan intelektual yang dimiliki Bojonegoro.

"Tahun 2018, hak kekayaan intelektual untuk wayang Thengul dan Tari Thengul Bojonegoro sudah dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM," pungkasnya.

Hal senada juga dikatakan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro  Amir Syahid. Menurut dia, Tari Thengul Bojonegoro menjadi ikon budaya yang sudah memiliki hak kekayaan intelektual.

"Jika di Banyuwangi ikonnya tari Gandrung, di Bojonegoro ikonnya Tari Thengul," ujar Amir.

Dalam event Bojonegoro Thengul International Folklore Festival 2019, Pemkab Bojonegoro menggelar tarian Thengul massal di lapangan Trucuk, Bojonegoro Minggu siang. Sebanyak 2.019 penari Thengul dikerahkan untuk mencatat rekor penari Thengul terbanyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com