Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Dapat Air Bersih, Warga Turuni Gua Sedalam 1,2 Kilometer

Kompas.com - 14/07/2019, 16:29 WIB
Markus Yuwono,
Farid Assifa

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Masyarakat di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, hampir sebagian besar mengalami kekeringan saat musim kemarau.

Warga berharap besar ada pemasangan saluran air bersih dari pemerintah melalui PDAM. Namun harapan itu belum terwujud. Sampai saat ini, masyarakat harus membeli air bersih dari tangki swasta.  

Seperti di Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo, setiap tahun warga kesulitan air bersih. Padahal di sana terdapat sumber air bersih, tetapi belum dimanfaatkan secara optimal karena lokasinya berada di dalam Goa Pulejajar sekitar 1,2 kilometer.

"Setiap musim kemarau kami harus membeli air bersih dari tangki swasta karena sumber air di desa kami minim," kata Kepala Desa Jepitu Sarwono saat dihubungi Kompas.com, Minggu (14/7/2019).  

Masyarakat sudah membeli air sejak dua bulan terakhir dengan harga Rp 80.000 sampai Rp 100.000 per tangki. Setiap tangki digunakan masyarakat selama 2 minggu sampai satu bulan tergantung jumlah keluarganya.

Baca juga: Kekeringan di Karawang, Warga Gali Sumur di Sungai dan Ambil Air Pukul 2 Dini Hari

 

Diakuinya, sebagian besar masyarakat yang berjumlah kurang lebih 1.100 kepala keluarga sudah memasang PDAM sejak beberapa tahun lalu. Namun demikian, setiap musim kemarau air tidak keluar dari pipa yang terpasang.

"Bulan ini PDAM sudah tidak keluar airnya sejak 2 minggu terakhir, kami harus membeli air bersih dari tangki swasta," ucapnya.  

"Informasi yang kami terima, pompa yang ada di Bribin (Semanu) rusak, tetapi sudah diperbaiki. Namun sampai saat ini airnya tidak keluar," katanya.  

Sebenarnya warga memiliki secercah harapan setelah ditemukan sumber air bersih di dalam Gua Pulejajar sekitar tahun 2002 dalam penelitian sebuah universitas. Namun upaya pengangkatan masih kurang maksimal karena berada di kedalaman 1,2 kilometer.

"Jumat kemarin sudah dilakukan pemasangan pipa untuk memaksimalkan air agar bisa digunakan warga Jepitu, dan desa sekitar saat musim kemarau," ucapnya.  

Pegiat Komunitas Merangkul Bumi (Kombi), Rubiyanto mengatakan, potensi air di Luweng Pulejajar sangat besar karena pada saat musim hujan bisa mencapai 150 liter per detik.

Saat kemarau, kapasitasnya sekitar 50 liter per detik. Namun air yang diangkat baru mencapai 1,18 liter per detik.  

Menurut dia, untuk saat ini ada upaya menambah kapasitas produksi air. Ada pun caranya dengan menambah saluran pipa ukuran tiga inch ke dalam goa.

Diharapkan, dengan tambahan pipa ini, debit air bisa ditingkatkan dari 1,18 liter per detik menjadi empat liter per detik. Fasilitas pipa sepanjang 1,2 kilometer akan dipasang di dekat pipa yang terpasang lama.

"Sudah mulai dan proses pemasangan melibatkan relawan dari lintas sektoral, mulai dari masyarakat pecinta alam, mahasiswa hingga aggota TNI,” ungkapnya. 

Komandan Kodim 0730/GK, Letkol Inf Noppi Laksana Armiyanto mengatakan, pihaknya memberikan bantuan pipa agar warga Desa Jepitu bisa mendapat air dari gua. Pemberian bantuan merupakan rangkaian dari TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Sengkuyung ke 105 Reguler Tahap II tahun anggaran 2019.

 

Bantuan untuk pengangkatan air di sumber Pulejajar, TNI telah memberikan pipa ukuran tiga inch sepanjang 1,2 kilometer. Selain itu, TNI juga memberikan bantuan logistik dan alat keamanan untuk menuruni gua.

Baca juga: Kekeringan di Karawang, Warga Gali Sumur di Sungai dan Ambil Air Pukul 2 Dini Hari

 

Noppi menjelaskan, pengangkatan air di sumber ini tidak membutuhkan motor penggerak karena daya memanfaatkan gravitasi. 

"Kita sediakan pipa dan kami ikut kerja bakti yang dilaksanakan setiap Sabtu dan Minggu. Mudah-mudahan dalam waktu empat bulan semua instalasi selesai dipasang," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com