Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Getuk Lindri Wahyudi, Habiskan 7 Kuintal Singkong hingga Jual 1.000 Kotak Per Hari

Kompas.com - 11/07/2019, 10:59 WIB
Sukoco,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAGETAN, KOMPAS.com - Wahyudi, warga di Desa Wakah Kabupaten Ngawi Jawa Timur memproduksi getuk lindri, kudapan manis khas Jawa yang terbuat dari singkong. Dalam sehari, Wahyudi berhasil menjual 1.000 kotak getuk lindri di tiga gerai miliknya.

Selain itu, dia juga memenuhi permintaan reseller dan pembelian secara online .

Kepada Kompas.com, Wahyudi mengaku dalam satu hari bisa menghabiskan 7 kuintal singkong yang diolah oleh 20 pegawainya sejak jam 03.00 WIB dini hari.

Usaha getuk lindri yang diberi nama Getuk Anyar ini dilakoni Wahyudi sejak tahun 2016 lalu. Sebelumnya dia memiliki toko peralatan sekolah dan membuat getuk lindri untuk membantu petani singkong yang terpaksa menjual murah hasil kebun mereka ke Magetan.

“Dulu satu karung beratnya 70 kilogram hanya dihargai Rp 50.000, sekarang kita terima Rp 180.00 di sini,” ujarnya Rabu (10/07/2019).

Baca juga: Inovasi Mahasiswa Untidar, Kulit Kacang sebagai Prebiotik

Awalnya sering ditipu hingga tak laku

Saat awal berbisnis getuk lindri, Wahyudi mengaku sering ditipu pedagang singkong karena tidak bisa membedakan singkong bogor dan singkong ketan.

Untuk memproduksi getuk linddri, Wahyudi menggunakan singkong ketan. Namun ada beberapa penjual singkong yang nakal mencampur keduanya.

“Bagian atas diisi singkong ketan sementara bagian bawah diisi singkong bogor. Dulu tidak bisa membedakan, sekarang dari melihat bentuknya saja kita sudah tahu mana singkong ketan mana singkong bogor,” ujarnya.

Bukan hanya itu, di dua bulan awal penjualan, Wahyudi sering membagikan puluhan kotak getuk lindri produksinya secara gratis karena tidak laku dijual.

Baca juga: Inovasi Mahasiswa Unpad, Kulit Jeruk Nipis Jadi Pembasmi Jentik Nyamuk

 

Getuk lindri harus dibagikan karena tidak tahan lama

“Saya kasih kepada siapa saja yang ditemui di jalan dari pada dibawa pulang. Ya karena kita kan tidak memakai pengawet, jadi getuk kita cuma bertahan satu hari saja,” ujarnya.

Berbekal pengalaman , getuk yang tidak laku kemudian diolah kembali oleh Wahyudi menjadi getuk goreng.

Proses pembuatan rumit

Prosesnya cukup rumit karena harus melalui proses pendinginan hingga 2 kali. Karena melewati proses pendinginan dua kali.

Rumitnya pembuatan getuk goreng beku membuat sejunlah permintaan toko swalayan di Kota Solo di tolak.

“Prosesnya kita beukan semalam, kemudian di beri tepung dan tepung panir baru di bekukan lagi. Permintaan getuk goreng cukup tinggi,” katanya.

Baca juga: Raih Emas di Korea, Beras Analog Inovasi Mahasiswa UB Mampu Lawan Malnutrisi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com