Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Fatia, Tak Malu Jualan Kue Demi Mimpi Go Internasional

Kompas.com - 06/07/2019, 21:53 WIB
Ari Widodo,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

DEMAK, KOMPAS.com - Siapa yang menyangka gadis pendiam dan pemalu bernama Fatia Zulfa (22), berhasil menyabet medali emas di ajang bergengsi The Korea International Women’s Invention Exposition 2019 yang digelar pada 20 – 23 Juni 2019 lalu, di Seoul, Korea Selatan.

Medali dan piagam penghargaan tingkat dunia tersebut didapatkan Fatia dengan empat sahabatnya, Yunnia Rahmandanni, Nur Holiza, Nurul Halwiyah dan Rica Dwi Cahyanti.

Di tengah kesibukan sebagai mahasiswi Universitas Diponegoro Semarang, mereka melakukan penelitian di bidang pengolahan bahan limbah. Hasil eksperimen lanjutan selama enam bulan menghasilkan sebuah produk yang mereka sebut sebagai ‘J-Tile’.

" J -Tile itu genteng yang diolah dengan bahan dasar limbah jerami dan Styrofoam. Indonesia sebagai negara agraris menghasilkan banyak limbah jerami yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Eksperimen kami sendiri merupakan lanjutan dari ekperimen pendahulu yang pernah go internasional juga,” tutur dara manis yang saat ini tengah menunggu wisuda Strata satu jurusan Ilmu Keperawatan di Semarang, Sabtu (6/7/2019).

Baca juga: Kisah Pengungsi Rohingya Merajut Asa Lewat Sekolah, Mimpi Jadi Dokter atau Insinyur

Motivasi Fatia dan empat sahabatnya melanjutkan penelitian genteng berbahan dasar jerami ini karena genteng yang dihasilkan lebih kuat dan ringan. Genteng tersebut dinilai cocok digunakan sebagai material dasar bangunan di Indonesia yang cenderung rawan gempa.

Beragam penghargaan

J-Tile kreasi para putri pertiwi ini menyabet beberapa penghargaan sekaligus. Penghargaan pertama Gold Prize dari Korea Women Investors Associations (KWIA). Kemudian, Special Prize dari Association of Thai Innovation and Invention Promotion Thailand.

Selain itu, Firi Award dari Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE).

Berbicara tentang persiapan untuk go internasional, Fatia mengungkapkan bahwa motivasi diri untuk bisa bermanfaat bagi khalayak memang menjadi cita citanya sejak kecil.

Putri sulung dari Martono staf Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan dan Kebudayaan Sayung di Kabupaten Demak ini yakin perilaku mandiri dan religi menjadi salah satu indikasi bagi keberhasilan seseorang.

Mandiri sejak kecil

Sejak masuk ke sekolah dasar, Fatia sudah bisa menghasilkan uang sendiri dengan berjualan alat tulis di kalangan teman-teman sekolah. Saat SMP, Ayahnya membelikan komputer dan dimanfaatkan untuk menyewakan jasa ketik dan print tugas.

"Mulai kuliah, saya berjualan kue dari kost ke kost. Alhamdulillah, hasilnya bisa untuk hidup sehari-hari, bekal bepergian keliling Indonesia dan biaya paspor ke luar negeri,” kata Fatia yang saat ini masih tinggal dengan orang tua di Desa Purwosari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Jawa Tengah.

Mandiri bukan berarti orang tuanya tidak membekali uang untuk membeli beragam kebutuhan. Namun, Fatia merasa lebih puas ketika bisa memenuhi kebutuhan hidup dengan hasil keringatnya sendiri.

Orang tua Fatia hanya ayahnya yang bekerja sedangkan ibunya mengurus rumah tangga. Tetapi, gadis mungil yang mengaku mulai senang berorganisasi setelah kuliah ini menyatakan bahwa keluarga merupakan aset dasar bagi keberhasilan seseorang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com