Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cegah Bunuh Diri, Ibu-ibu Dilatih Cara Tepat Dengar "Curhat" Tetangga

Kompas.com - 27/06/2019, 16:48 WIB
Markus Yuwono,
Farid Assifa

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kasus bunuh diri masih menjadi pekerjaan rumah Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.

Untuk menekan angka bunuh diri, ratusan ibu-ibu diberikan pelatihan pencegahan bunuh diri dengan cara berkomunikasi dengan orang yang berisiko.

Psikiatri RSUD Wonosari Ida Rochmawati mengatakan, pihaknya bersama Pemkab Gunungkidul memberikan pelatihan kepada 100-an ibu-ibu dari seluruh kecamatan untuk menjadi kader pencegahan bunuh diri.

Mereka diberikan pelatihan mengenai pelatihan komunikasi efektif bagi orang yang berisiko bunuh diri dan keluarga.

Sebelumnya, dalam pelatihan pertama mereka diberikan wawasan tentang gangguan jiwa dan faktor risiko bunuh diri.

"Pelatihan kedua ini kita mengajari mereka berkomunikasi jika ditengah masyarakat ditemukan orang berisiko bunuh diri," katanya kepada wartawan, Kamis (27/6/2019).

Baca juga: Seorang Bapak Aniaya 2 Putrinya Lalu Berusaha Bunuh Diri

Dijelaskannya, materi yang diberikan adalah komunikasi efektif, konseling dan komunikasi khusus. Materi komunikasi efektif diberikan agar peserta memahami dan mengerti apa yang dimaksud dalam pikiran.

"Kita ajarkan juga tentang cara bertanya tentang kematian, di situ ada beberapa model, kalau ada orang yang punya risiko kita bisa tanya apakah kamu pengen mati, atau kita mlipir (bertanya tidak langsung) apakah kamu pengen pergi jauh," ucapnya

"Sehingga mereka bisa intervensi dini. Mereka bisa mencegah atau membawa masyarakat berisiko itu mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa tidak sampai bunuh diri," katanya.

Ida mengatakan, pelatihan ini penting karena seringkali masyarakat salah dalam berkomunikasi kepada orang yang berisiko bunuh diri.

"Kebutuhannya dia (orang berisiko) pengen didengarkan saja. Kita bagus mungkin ngomongnya, tetapi itu bukan kebutuhan dia," ujarnya.

Tipe orang rawan bunuh diri

Salah seorang anggota LSM Imaji Sigit Purnomo atau dikenal Wage Dagsinarga menambahkan, ada tiga orang yang memiliki risiko bunuh diri, yakni lansia hidup sendiri; orang dengan gangguan jiwa, di dalamnya tidak hanya gangguan jiwa berat termasuk orang dengan penyakit yang tidak kunjung sembuh hal ini bisa menyebabkan kejiwaannya terimbas, dan ketiga adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri.

"Orang bunuh diri itu tidak ingin mati tetapi dia kepengen melepaskan beban hidup. Dia mati ingin melepaskan beban hidup. Saya yakin mereka takut mati, mereka tidak menemukan jalan lain," ucapnya.

Dari data LSM Imaji tahun 2018 lalu, tercatat 34 orang pelaku bunuh diri. Sedangkan tahun 2019 ini, sudah 18 orang warga Gunungkidul melakukan bunuh diri.

Menurut dia, upaya pemerintah menggandeng ibu-ibu dengan memberikan pelatihan merupakan cara yang efektif, karena mereka yang paling mengerti tentang apa yang terjadi di lingkungannya.

"Kita terus bekerja mandiri, untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait upaya pencegahan bunuh diri," katanya.

Baca juga: Fakta Penangkapan Terduga Teroris di Sukoharjo, Terkait Bom Bunuh Diri di Pospol hingga Pelaku Dikenal Tertutup

Sementara Kasubag Kesehatan dan Pemberdayaan Perempuan Bagian Kesra Setda Gunungkidul, Siti Badriyah mengatakan, pemerintah terus melakukan upaya mengurangi risiko bunuh diri. Salah satunya dengan mengajak ibu-ibu untuk menjadi agen. Mereka diberikan pelatihan mengenai bagaimana lebih memahami lingkungan sekitar.

"Upaya ini sebagai bukti bahwa pemkab tidak pernah diam upaya pencegahan bunuh diri," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com