Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Nasib Kehilangan Dhijah Saat Pabrik Korek Api Terbakar...

Kompas.com - 26/06/2019, 20:56 WIB
Dewantoro,
Khairina

Tim Redaksi

LANGKAT, KOMPAS.com - Mata Nasib berkaca-kaca ketika menceritakan anaknya Dhijah yang turut menjadi korban tewas di pabrik korek api di Dusun IV, Desa Sambi Rejo, Kecamatan Binjai Utara, Langkat, Sumatera Utara, Jumat (21/6/2019) lalu. Sesekali, dia menyekanya dengan lengan baju birunya.

Pelan suaranya ketika ditanya tentang anaknya. Dia lupa sudah berapa lama anaknya bekerja merakit korek api naas itu. Dia mengaku sulit untuk mengubah rutinitasnya mengantar dan menjemput anaknya bekerja.

"Kemarin itu kejadiannya cepat. Saya tak menyangka akan kejadian seperti itu. Terima saja lah. Memang sudah menjadi jalannya," katanya sembari menunduk sebentar kemudian tersenyum tipis, Rabu (26/6/2019).

Baca juga: Edy Rahmayadi Upayakan Keluarga Korban Kebakaran Pabrik Korek Api Dapat Santunan

Sekitar pukul 11.00 WIB, Nasib tak bisa menyembunyikan kesedihannya ketika rombongan Komisi IX DPR RI datang berkunjung melihat kondisi pabrik yang masih diberi pembatas oleh polisi.

Pabrik rumahan yang berada di pinggir jalan tersebut di bagian jendela kini ditutupi seng.

Nasib, menjadi perhatian rombongan wakil rakyat yang datang dan menyodorkan pertanyaan. Kepada para anggota dewan yang datang dia menceritakan anaknya yang menjadi korban.

"Anak saya kerja di sini sudah lama dan tak punya BPJS. Pabrik ini setahu saya sekitar 6 tahunan lah," katanya.

Hariani, rumahnya bersebelahan dengan pabrik korek api tersebut. Namun, sejak kejadian, dia enggan tidur di rumahnya.

Sementara ini dia memilih tidur di rumah anaknya Ayu, yang berjarak sekitar 100 meter dari pabrik. Ayu, kata dia, juga merupakan pekerja di pabrik tersebut.

Ayu selamat karena sesaat sebelum kejadian pulang ke rumah untuk mengambil nasi. Kebetulan, di hari yang sama sepupunya sedang ada hajatan khitanan. Sehingga, ia harus ikut mengantar punjungan ke rumah-rumah tetangga.

"Ayu sampai sekarang ini masih trauma. Sama kayak saya, masih trauma juga. Bagaimana tidak, yang selamat cuma dia sama dua kawannya pula. Lainnya tewas di dalam rumah itu," katanya.

Baca juga: Cerita di Balik Kebakaran Pabrik Korek Api: Hanya Satu Pekerja Disantuni, Ilegal, hingga Pemilik Coba Kabur...

Sementara ini, Ayu diungsikan di rumah mertuanya untuk menenangkan diri setelah dimintai keterangan oleh kepolisian. Dengan mengungsikannya ke rumah mertuanya, harap dia, Ayu dapat lebih tenang dan tidak terus terngiang dengan kejadian yang menimpa 30 orang rekannnya di pabrik.

"Jangankan dia, saya sendiri masih trauma. Rumah saya itu yang di depan, bersebelahan dengan pabrik itu. Biar saja dia di rumah mertuanya dulu, ngurusin anak. Biar tenang dia," katanya.

Hariani masih bisa mengingat satu persatu orang yang bekerja di pabrik tersebut. Sehingga, setiap saat dia ditanya mengenai bagaimana situasi saat kejadian, dia merasa berat. 

"Hampir semua orang sini. Saya kenal semua. Kalau dibilang, capek saya menjawabi pertanyaan-pertanyaan. Berdoa saja lah untuk semuanya," katanya.

Tak jauh dari lokasi kejadian, masih terdapat enam papan bunga berisi ucapan bela sungkawa dari berbagai kalangan.

Warga sekitar juga masih mengerumuni rumah tersebut. Bahkan, pengendara kendaraan yang melintas juga melambatkan lajunya untuk sekedar melihat atau mengambil gambar rumah tersebut.

Kompas.com berusaha untuk menemui keluarga korban lainnya yang rumahnya berdekatan dengan pabrik tersebut. Namun, umumnya pintu sudah dalam keadaan tertutup. Seorang warga mengatakan bahwa keluarga korban masih berduka dan enggan untuk diwawancarai.

"Maklum saja Bang, masih sedih mereka," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com