Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sajian Lebaran: Rendang Lokan Khas Mukomuko, Percikan Rindu antara Kenyal dan Gurih

Kompas.com - 04/06/2019, 07:46 WIB
Firmansyah,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

BENGKULU, KOMPAS.com - Menu apa yang paling populer untuk dinantikan pada saat Lebaran?

Rendang sapi yang nikmat. Makanan khas Sumatera Barat ini kerap menjadi sajian pilihan warga di mana pun berada pada saat Lebaran.

Namun di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, rendang lokan jauh lebih populer. Kehadirannya makin dinantikan saat Ramadhan tiba hingga H-1 Lebaran ini.

Baca juga: Cerita di Balik Mi Ayam Rp 2.000 di Sragen yang Dicibir di Facebook

Kedai Rendang Lokan milik Oswari (37) adalah salah salah satu kedai perajin rendang lokan yang terkenal di Kabupaten Mukomuko. 

"Oh, mau cari rendang lokan ya, itu rumah Pak Oswari," ungkap Titin, warga Mukomuko.

Aroma gurih racikan bumbu rendang yang masih digodok menggugah selera untuk makan saat pengunjung memasuki tempat Oswari memasak rendang lokan di rumahnya.

Rendang lokan siap dikonsumsihandout Rendang lokan siap dikonsumsi
Oswari bersama 9 karyawannya sibuk bekerja di dapur berukuran 4x4 meter. Lima buah bak plastik berisi penuh lokan hasil tangkapan dari sungai berada di salah satu sudut ruangan.

Lokan-lokan tersebut, lanjut Oswari, merupakan hasil tangkapan warga. Sebelum diolah menjadi rendang, lokan harus mendapatkan perlakuan khusus.

"Lokan yang baru dikumpulkan akan direndam selama dua malam satu hari. Ini dilakukan agar lumpur di perut lokan keluar. Setelah itu, lokan tersebut dibuka satu per satu untuk diambil dagingnya," ungkap Oswari.

Baca juga: Heboh Sekali Makan Rp 700.000 di Warung Bu Anny, Daftar Harga Menu Akhirnya Dibuat

Setelah daging lokan dikumpulkan, lalu dicuci dan direbus. Setelah direbus, dicuci kembali sampai empat kali. Barulah daging lokan tersebut siap dimasak layaknya memasak rendang umumnya.

"Prinsip dasar bumbunya sama dengan rendang daging, menggunakan santan kelapa, serai, daun salam, dan seterusnya. Setelah itu, baru daging lokan dimasak rendang selama 3 jam," tuturnya.

Setelah 3 jam, rendang lokan siap dihidangkan atau didinginkan untuk selanjutnya dikemas.

 

Lokan sungai yang sudah dibersihkan lalu direbus siap untuk dimasak rendangKOMPAS.com/FIRMANSYAH Lokan sungai yang sudah dibersihkan lalu direbus siap untuk dimasak rendang
Terima pesanan dari luar negeri

Oswari mengaku, dirinya sudah menjalani usaha tersebut sejak 5 tahun lalu.

Awalnya, dia sendiri merupakan pencari lokan di sungai. Namun, dia berkeinginan mendapatkan nilai lebih dari lokan, maka dia mencoba memasak rendang lokan.

Rasa rendang lokan buatan Oswari menggugah selera. Rasa kenyal daging lokan dalam baluran bumbu rendang memperkaya cita rasa yang hadir di lidah di sela bumbu gurih rendang.

Baca juga: Nikmatnya Ketan Bintul, Menu Buka Puasa Favorit Khas Banten

Dalam satu bulan, apalagi menjelang lebaran, Oswari mengaku bisa menghabiskan 300-400 kilogram rendang lokan. Pesanan rendang itu berasal dari seluruh Indonesia, bahkan luar negeri.

"Pesanan umumnya dari seluruh Indonesia, ada juga dari luar negeri seperti China, Amerika. Kalau ke luar negeri, umumnya perantau dari Bengkulu yang rindu masakan rendang lokan," ucapnya.

Saat ini, rendang lokan dijadikan oleh Pemerintah Kabupaten Mukomuko sebagai sajian kuliner khas daerah itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com